1. Hubungan Struktur Sosial
dan Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial
merupakan perpindahan status atau kedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut
terjadi dalam suatu struktur sosial yang berdimensi vertikal, artinya mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur
sosial masyarakatnya.
a. Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka
Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial
terbuka memberi kesempatan pada para anggotanya untuk melakukan mobilitas
sosial vertikal yang terjadi dapat berupa social climbing ataupun sinking. Dalam
sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan
kreatif dalam melakukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi
terbuka adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada
satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal.
2) Seterbuka
apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada
hambatan-hambatan.
3) Setiap
masyarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada
tipe yang berlaku umum bagi setiap masyarakat.
4) Laju
mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang
berbeda-beda.
5) Mobilitas
sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak
menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang
laju mobilitas sosial.
b. Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup
Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi
sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil.
Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai
tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih
menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan.
Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara
mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan
struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut
berada.
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan
mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut.
a. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara
otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan
prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi manajer, sehingga tingkat
pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup
seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
b. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi
dapat dilakukan melalui perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari
keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan
terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita
tersebut.
c. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat
berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang
baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih
megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat
tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini
menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
2. Faktor-faktor Pendorong
dan Penghambat Mobilitas Sosial
a. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1) Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan
tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun
yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut.
a) Struktur Pekerjaan
Di setiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan
tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
b) Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas
(kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan
jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah.
c) Ekonomi Ganda
Suatu negara mungkin saja menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional
dan modern), contohnya di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Hal itu tentu
akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun
rendah.
2) Faktor
Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan,
penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor individu meliputi:
a) Perbedaan Kemampauan
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
b) Orientasi Sikap terhadap mobilitas
Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan,
kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
c) Faktor kemujuran
Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai
tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan.
3) Status
Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang
dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia
pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan
yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
4) Keadaan
Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya
mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan,
misalnya daerah tempat tinggalnya tandus dan kekurangan sumber daya alam, kemudian berpindah
tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka
dikatakan mengalami mobilitas
5) Situasi Politik
Situasi politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam
sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi
keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang
lebih aman.
6) Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas
dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesat mengakibatkan sempitnya tempat
permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan
demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
7) Keinginan Melihat Daerah
Lain
Adanya keinginan melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk
melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
8) Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya
karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan
teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi
dapat menimbulkan stratifikasi
baru.
9) Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang
cepat membuktikan ciri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas
sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya
penduduk.
10) Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata
yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam
pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi
mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif
akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
11) Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas
dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja
tinggi dan sangat dispesialisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak
dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut
keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat
berusaha agar dapat menempati status tersebut.
12) Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu
mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu
yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam
mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani
pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya
pengetahuan.
b. Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat
mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut.
1) Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi
masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.
2) Diskriminasi Kelas
Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke
atas, terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
3) Perbedaan Ras dan Agama
Mobilitas sosial dapat terhambat
karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan perbedaan status sosial.
Berikut ini beberapa contohnya.
a) Perbedaan
tingkat ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan. Ras berkulit putih berkuasa
dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam berada di
pemerintahan sebagai penguasa. Namun, setelah politik apartheid berakhir,
Nelson Mandela dari kalangan kulit hitam menjadi Presiden Afrika Selatan.
b) Sistem
kasta di India. Sistem tersebut tidak memungkinkan seseorang yang berasal dari
kasta rendah dapat naik ke kasta yang paling tinggi.
c) Dalam
agama, seseorang tidak dibenarkan dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak
hatinya berpindah agama untuk mencapai status tertentu.
4) Perbedaan jenis kelamin (Gender)
Dalam masyarakat, pria dipandang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini
mempengaruh dalam mencapai
prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
5) Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat
Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam
suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan
dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
6) Perbedaan Kepentingan
Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu
struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk
memperebutkan sesuatu.
3. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial
Menurut
Pitirim A Sorokin, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut.
a. Angkatan
Bersenjata
Seseorang yang tergabung dalam
angkatan bersenjata biasanya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa
sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik ke
status yang lebih tinggi.
b. Pendidikan
Pendidikan baik formal maupun
nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan,
karena melalui pendidikan seseorang bisa mengubah statusnya dari status di
strata bawah ke status strata atas.
c. Organisasi
Politik
Seorang anggota partai politik
yang profesional dan mempunyai dedikasi yang tinggi serta loyal terhadap
partainya, kemungkinan besar akan cepat mendapat status dalam partainya, bahkan
mendapat peluang yang besar menjadi anggota dewan legislatif maupun ekseskutif.
d. Lembaga
Keagamaan
Lembaga ini merupakan salah satu
saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang
mempunyai kedudukan yang sederajat, tetapi pemuka-pemuka agama dipandang
memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.
e. Organisasi
ekonomi
Organisasi ini, baik yang
bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa pada umumnya memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal karena dalam
organisasi ini posisi sosial bersifat relatif terbuka.
f. Organisasi
Profesi
Organisasi profesi lainnya yang
dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal antara lain Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan lain sebagainya.
g. Perkawinan
Melalui perkawinan seseorang
dapat menaikkan statusnya. Misalnya, seorang wanita yang berasal dari keluarga
biasa-biasa saja menikah dengan pria yang status sosial ekonominya lebih
tinggi. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan naiknya status sosial ekonomi
wanita tersebut.
h. Organisasi
Keolahragaan
Melalui organisasi keolahragaan
seseorang dapat meningkatkan statusnya ke strata yang lebih tinggi.
4.
Cara umum memperoleh status
Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan
untuk memperoleh status sosial, yaitu melalui askripsi dan melalui prestasi.
a. Askripsi, yaitu cara memperoleh kedudukan melalui kelahiran, contohnya sistem kasta dan gelar kebangsawanan.
b. Prestasi, yaitu cara memperoleh status atau kedudukan dengan usaha sendiri.
5. Cara khusus untuk menaikan status
Secara khusus,
cara-cara yang digunakan untuk menaikkan status sosial adalah sebagai berikut
a. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang
berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktikkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas
yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah
laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut
untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
b. Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan
pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah
nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: Di kalangan
masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan
mendapat sebutan “kang” di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai
pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya
yang baru seperti “Raden”.
c. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat
berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang
baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih
megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat
tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini
menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
d. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara
otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status. Contoh: seperti
yang telah disebutkan di atas.
e. Bergabung dengan organisasi tertentu
Untuk meningkatkan statusnya seseorang dapat bergabung
dengan organisasi tertentu, sebagai contoh bergabung dengan organisasi yang
berkelas.
6. Dampak Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang
terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa
konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai berikut.
a. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas
menurun.
b. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang
meningkat.
c. Keretakan hubungan antaranggota kelompok primer, yang semula karena seseorang
berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik
yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
a. Dampak Positif
1) Mendorong Seseorang untuk lebih maju
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke
strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk
maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2) Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik
Mobilitas
sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang
lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika
didukung oleh sumber daya manusia
yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam
bidang pendidikan.
3) Meningkatkan Intergrasi Sosial
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat
dapat meningkatkan integrasi sosial. Misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan
norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru
sehingga tercipta intergrasi soaial.
b. Dampak Negatif
1) Timbulnya Konflik
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a) Konflik
Antarkelas
Dalam masyarakat terdapat
lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila
terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya
konflik antar kelas.
b) Konflik Antarkelompok Sosial
Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa:
(1) Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok
sosial yang modern.
(2) Proses suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain
yang memiliki wewenang.
c) Konflik Antargenerasi
Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan
kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam
mempertahankan nilai-nilai dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
2) Berkurangnya Solidaritas Kelompok
Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh
seseorang yang mengalami
mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa
diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya.
3) Timbulnya Gangguan Psikologis
Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi
psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut.
a) Menimbulkan ketakutan dan
kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
b) Adanya gangguan psikologis
bila seseorang turun dari jabatannya.
c) Mengalami frustasi atau
putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar