Minggu, 12 Juli 2020

PENGARUH PERUBAHAN DAN INTERAKSI KERUANGAN TERHADAP KEHIDUPAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN


1.   Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang Akibat Faktor Alam
Perubahan ruang dan interaksi antarruang dapat diakibatkan oleh faktor alam. Yang sering menyebabkan perubahan tersebut adalah adanya bencana alam.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Asia Tenggara sering kali dilanda bencana alam. Angin topan Haiyan yang melanda Filipina pada 8 November bahkan disebut angin topan terdahsyat sepanjang tahun 2013. Angin topan itu menewaskan lebih dari 6.000 orang di Filipina. Menghadapi bencana alam yang bertubi-tubi, negara-negara Asia Tenggara telah meningkatkan perbaikan mekanisme peringatan dini dan tindakan pencegahan lainnya.
Indonesia adalah salah satu negara Asia Tenggara yang paling sering dilanda bencana alam. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia termasuk negara rawan bencana gempa bumi, tsunami dan ledakan gunung berapi karena terletak di antara tiga lempeng yaitu Euro-Asia, Pasifik, dan Indo-Australia. Indonesia saat ini telah membentuk mekanisme tanggap darurat untuk menghadapi bencana alam. Indonesia juga telah menyempurnakan mekanisme peringatan dini tsunami setelah bencana tsunami pada akhir tahun 2004 yang merenggut 230 ribu jiwa.
Thailand juga mengalami bencana tsunami pada tahun 2004. Bagian selatan negeri ini sering menghadapi ancaman tsunami dan angin topan. Thailand mengalami bencana banjir dahsyat pada tahun 2011, sehingga lebih dari separuh wilayahnya tergenang air.
Forum Kawasan ASEAN setiap dua tahun menggelar latihan penanggulangan bencana yang melibatkan semua negara anggota. Latihan serupa dianggap semua negara ASEAN sebagai latihan yang memiliki arti signifikan.

Berikut ini faktor alam yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan ruang dan interaksi antarruang.
a.   Pengaruh Iklim
Wilayah Asia Tenggara terdapat iklim hujan tropik dan iklim subtropik basah. Iklim hujan tropik yang meliputi wilayah Laos, Kampuchea, sebagian wilayah Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Indonesia. Curah hujan di kawasan Asia Tenggara di pengaruhi oleh angin muson, sistem angin, keberadaan pegunungan. Angin muson terbagi menjadi dua, yaitu:
1)   Angin muson barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat.menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan
2)   Angin muson timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah-celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan indonesia mengalami musim kemarau

Sistem angin berkaitan dengan keadaan udara suatu wilayah. Sistem angin di kawasan Asia Tenggara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)   Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
2)   Apabila udara bertambah panas, udara akan mengembang sehingga tekanannya rendah.
3)   Apabila udara bertambah dingin, udara menjadi berat sehingga tekanannya tinggi.
4)   Terjadi angin muson timur laut dan muson barat daya.
5)   Angin topan bertiup di Filipina dan Vietnam pada bulan Juni-November.
6)   Angin yang bertiup dari samudra Pasifik ke barat menyebabkan hujan lebat di Filipina utara dan pantai Vietnam.
Beberapa contoh bencana yang terjadi di Asia Tenggara akibat pengaruh iklim adalah sebagai berikut.
1)   Topan Nargis di Myanmar
Siklon Nargis atau juga dikenali sebagai Very Severe Cyclonic Storm Nargis merupakan sebuah siklon tropika kencang yang bertemu daratan di Myanmar. Pada tanggal 2 Mei 2008 angin ini telah memorak-porandakan lima wilayah di Myanmar. Wilayah tersebut adalah Yangon, Irawaddy, Bago, Karen, dan Mon. Topan Nargis merupakan badai tropika pertama yang melanda Myanmar sejak Badai Mala menemui daratan pada tahun 2006. Akibat bencana ini rumah penduduk, pertokoan, dan fasilitas umum rusak parah. Badai ini juga menyebabkan tanah longsor dan melumpuhkan pusat tenaga listrik. Badai topan nargis ini merupakan badai topan tropis yang terparah di Asia.
Akibat dari Topan Nargis (Sumber: http://food.detik.com/read/2014/02/19/165851/2502455/4/3/)

2)   Topan Ketsana
Badai Ketsana adalah badai tropis yang berhembus dengan kecepatan 85 km/jam. Badai tropis Ketsana yang terjadi pada September 2009 telah menewaskan sedikitnya 362 orang di beberapa negara Asia Tenggara. Ketsana meninggalkan banjir bandang terburuk di Filipina selama 40 tahun terakhir, bencana longsor di Vietnam, dan menghancurkan pedesaan di Kamboja. Badai mereda saat  mencapai Laos, Rabu 30 September 2009.

3)   Banjir di Malaysia
Malaysia terdiri atas dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat terletak di Semenanjung Malaka. Malaysia Timur bergabung dengan Pulau Kalimantan. Malaysia merupakan salah satu negara yang sering dilanda banjir. Penyebab utama banjir di Malaysia adalah bertiupnya angin muson yang terjadi setiap bulan November hingga Februari. Pada tahun 2006 Malaysia banjir yang merupakan banjir terburuk di Malaysia abad ini. Banjir ini juga melanda beberapa negara bagian seperti Pahang, Melaka dan Negeri Sembilan.
Banjir di Malaysia (Sumber: http://news.detik.com/internasional/2785257/banjir-melanda-malaysia-lebih-dari-20-ribu-orang-mengungsi)

4)   La  Nina  dan  El  Nino              
La Nina adalah proses mendinginnya suhu permukaan air laut di bawah rata-rata pada  kawasan Pasifik Timur dan tengah di sekitar khatulistiwa. Oleh karena itu gejala alam ini membawa pengaruh cuaca basah. Gejala La Nina ditandai dengan tetap tingginya curah hujan pada tempat tertentu pada saat seharusnya curah hujan sudah mulai menurun. Gejala La Nina dapat menyebabkan hujan lebat, badai tropis, dan banjir. Sementara  El Nino merupakan gejala  kebalikan  dari La Nina. El  Nino adalah gejala menghangatnya temperatur permukaan air laut di atas rata-rata pada kawasan Pasifik Timur dan tengah. Daerah yang dilanda El Nino biasanya ditandai dengan panas yang tidak normal yang mengganggu pola curah hujan dan angin. Gejala El Nino menyebabkan beberapa kawasan dilanda kekeringan. La Nina dan El Nino saling berhubungan satu sama lain meskipun memiliki dampak berlawanan. Kawasan yang dilanda kekeringan pada saat gejala El Nino akan mengalami banyak curah hujan saat terjadi La Nina. Daerah yang paling  merasakan  akibat     La  Nina dan El Nino  adalah  negara-negara  yang berhadapan langsung dengan perairan Pasifik.
Pada bulan Mei 2016, kekeringan yang menyebabkan kekurangan air dan cuaca panas ekstrem melanda Asia Tenggara, dipicu oleh El Nino. Beberapa negara di Asia Tenggara mulai kesulitan memenuhi kebutuhan air, berdampak pada hasil pertanian warga.
Thailand, Laos, dan Kamboja, mengalami panas tertinggi yang pernah dialami negara itu, mencapai 44,6 derajat Celcius, berdasarkan data badan cuaca Weather Underground. Singapura juga demikian, didera temperatur tinggi. Sementara di Malaysia, danau-danau mulai mengering dan hasil pertanian menyusut.

b.   Pengaruh Geologis
Asia Tenggara terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas kegempaan (seismik) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Sementara Asia Tenggara Daratan relatif stabil, dan merupakan daratan tua, Asia Tenggara Maritim sangatlah dinamik karena di sana bertemu dua lempeng benua besar: lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, ditambah dengan lempeng Filipina yang lebih kecil. Tiga pulau besar di Indonesia: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan baru terpisah dari benua Asia sekitar 10 ribu tahun yang lalu akibat naiknya muka air laut karena usainya Zaman Es terakhir. Pulau Papua secara geologi termasuk dalam benua Australia, yang juga terpisah karena peristiwa yang sama. Kedua lempeng besar itu bertemu pada busur cekungan yang memanjang ke selatan dari Teluk Benggala di barat Myanmar, dan Thailand, terus menuju sisi barat Sumatra, lalu membelok ke timur membentuk Palung Jawa yang memanjang di selatan Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Akibatnya gempa bumi sering terjadi di daerah-daerah sekitarnya, seperti Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Desakan lempeng Indo-Australia mengangkat permukaan pulau-pulau yang ada di dekatnya, sehingga terbentuklah deretan gunung berapi aktif. Pulau Jawa adalah pulau dengan cacah gunung berapi terbanyak di dunia. Gunung Kerinci adalah gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara. Di sebelah timur Filipina terdapat pula Palung Mindanao, dan Palung Mariana yang merupakan pertemuan antara lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik. Di Filipina juga terdapat aktivitas kegunungapian yang tinggi.
Puncak tertinggi yang berada di Gunung Kinabalu (4.101 m; Kalimantan) dan Puncak Jaya di Pulau Papua, Indonesia (5.030 m).

c.   Pengaruh Sebaran Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

1)   Sumber Daya Alam di Negara-negara ASEAN
Berbagai sumber daya alam yang ada di Asia Tenggara, antara lain sebagai berikut.
a)   Hutan
Lebih dari 50% kawasan Asia Tenggara ditumbuhi hutan. Hutan menghasilkan berbagai jenis kayu. Hutan di Asia Tenggara terdiri atas beberapa jenis, antara lain hutan hujan tropis (khatulistiwa), hutan monsun tropis, hutan belukar, hutan pantai, dan hutan rawa. Sebagian besar jenis hutan yang tumbuh adalah hutan hujan tropis. 
Hutan hujan tropis memiliki ciri sebagai berikut.
(1)  Daunnya hijau sepanjang tahun.
(2)  Jarak antarpohon rapat dan tutupan daun tebal.
(3)  Terdapat lapisan-lapisan jenis tumbuhan.
(4)  Tumbuh-tumbuhan bawah jarang ditemui.
(5)  Banyak tumbuhan parasit dan menjalar.
Hutan hujan tropis di Asia Tenggara sebagian besar terletak di semenanjung Malaya dan Indonesia. Di Indonesia terletak hampir di setiap pulau besar seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi atau disebut juga Sunda Besar (Sundaland). Selain itu ditemukan juga di wilayah Filipina.
Di bagian semenanjung, hutan hujan tropis meliputi wilayah Malaysia, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar,  dan Thailand.

b)   Pertanian
Di negara-negara Asia Tenggara, kecuali Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia, lebih dari 50% penduduk bekerja di bidang pertanian. Jenis tanaman yang diusahakan dibedakan menjadi tanaman pangan dan tanaman perdagangan.
(1)  Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang utama adalah padi. Padi ditanam di seluruh negara di Asia Tenggara, kecuali Singapura. Negara penghasil padi yang utama, yaitu Indonesia, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Bahkan, hasil padi dari Thailand, Myanmar, dan Vietnam.
Penanaman padi banyak dilakukan di kawasan Asia Tenggara karena faktor sebagai berikut.
(a)  Terdapat banyak dataran rendah yang rata seperti lembah sungai, delta, dan dataran pantai.
(b)  Curah hujan tahunan 1.500–3.000 mm.
(c)  Suhu udara tinggi (25–30°C).
(d)  Jenis tanahnya adalah aluvial dan bahan gunungapi yang subur.
(e)  Pengairan cukup mudah.
(f)   Tersedia banyak tenaga kerja.

(2)  Pertanian Tanaman Perdagangan
Tanaman perdagangan utama di kawasan Asia Tenggara adalah karet dan kelapa sawit. Kedua jenis tanaman ini banyak diusahakan di negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sebagian besar karet dunia dihasilkan dari ketiga negara tersebut.
Asia Tenggara memasok lebih dari 70% kebutuhan kelapa sawit dunia. Negara yang menghasilkan banyak kelapa sawit adalah Malaysia dan Indonesia. Kelapa sawit banyak ditanam di daerah Semenanjung Malaysia dan Sabah (Malaysia) serta Kalimantan dan Sumatra (Indonesia).
Tanaman perdagangan yang lain adalah tebu, kelapa, teh, abaka, dan jute. Kawasan Asia Tenggara menghasilkan sekitar 80% gula dunia. Negara Filipina adalah penghasil gula terbesar di Asia Tenggara. Daerah utama penghasil tebu adalah Dataran Tengah Luzon dan Kepulauan Visayan (Negros, Pane, dan Cebu) di Filipina dan Indonesia (Jawa, Kalimantan, dan Sumatra). Teh tumbuh subur di dataran tinggi yang berhawa sejuk dan cukup air. Teh banyak dihasilkan di Dataran Tinggi Cameron (Malaysia) dan Priangan (Jawa, Indonesia).
Kelapa tumbuh subur di daerah pantai yang panas dan lembap sepanjang tahun. Filipina adalah penghasil terbesar kelapa di Asia Tenggara. Kelapa banyak dihasilkan dari Kepulauan Visayan (Pulau Samar dan Cebu) di Filipina dan pantai barat Sumatra (Indonesia). Cebu menjadi pusat pengumpulan dan pemrosesan kopra (kelapa kering) yang utama.
Filipina menghasilkan abaka dalam jumlah besar di Asia Tenggara. Serat abaka digunakan untuk membuat tali. Jute tumbuh subur di daerah delta berawa di muara Sungai Irrawady, Myanmar. Serat jute banyak digunakan untuk membuat karung goni.

Kawasan Asia Tenggara menghasilkan berbagai bahan tambang. Bahan tambang dapat dibedakan menjadi jenis logam, nonlogam, dan bahan bakar.
(1)  Bahan Tambang Logam
Bahan tambang logam yang dihasilkan dari kawasan Asia Tenggara antara lain bijih timah, bijih besi, tembaga, emas, wolfram/tungsten, bauksit, kuprum, kromium, dan nikel.
(2)  Bahan Tambang Nonlogam
Jenis bahan tambang nonlogam seperti batu permata dan garam batu dihasilkan dari kawasan Asia Tenggara.
Daerah-daerah penghasil bahan tambang logam dan nonlogam dapat kamu lihat pada tabel berikut ini.
Tabel Daerah Penghasil Bahan Tambang Logam dan Nonlogam
No.
Jenis Bahan Tambang
Daerah Penghasil
1
Bahan Tambang Logam
a. Bijih timah
• Pulau Bangka dan Singkep (Indonesia, penghasil timah terbesar dunia)
• Lembah Kinta dan Klang (Malaysia)
• Pulau Phuket dan Ranong (Thailand)
• Meiktila, Mawchi, Tavong, dan Mergui (Myanmar)
b. Bijih besi
• Taunggyi di Dataran Tinggi Shan (Myanmar)
• Nakhon Sawan dan Lopburi (Thailand)
• Pulau Luzon (Filipina)
c. Bauksit
• Pulau Bintan (Indonesia)
• Teluk Ramunsa (Malaysia)
d. Emas
• Bau (Malaysia)
• Bontoc dan Banguio (Filipina)
• Tembagapura (Indonesia)
e. Kromium
Pegunungan Zambeles (Filipina, penghasil kromium terbesar
di dunia)
f. Nikel
• Saroko, Sulawesi (Indonesia)
• Pulau Mindanao (Filipina)
g. Tembaga
• Tembagapura (Indonesia)
• Mamut (Malaysia)
• Toledo (Cebu) dan Zamboanya (Filipina)
2
Bahan Tambang Nonlogam
a. Batu permata
• Dataran Tinggi Shan (Myanmar)
• Martapura (Indonesia)
b. Garam batu
Dataran Tinggi Korat (Thailand)

d)   Bahan Tambang Bahan Bakar
Jenis bahan tambang bahan bakar terdiri atas minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Ketiga jenis bahan bakar ini dihasilkan dari beberapa daerah di kawasan Asia Tenggara. Daerah penghasil bahan bakar tambang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Bahan Tambang Bahan Bakar
No
Jenis Bahan Tambang
Daerah Penghasil
1
Minyak bumi
• Pangkalan Brandan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Cepu, Tarakan, Balikpapan, Kandangan, dan Sorong (Indonesia).
• Pantai Ampa dan lepas Pantai Trengganu (Malaysia).
• Fang (Thailand).
• Miri (Brunei Darussalam).
• Chauk dan Yenang Yaung (Myanmar).
• Filipina.
2
Gas alam
• Sumatra, Kalimantan, dan Natuna (Indonesia).
• Lepas Pantai Kerteh dan Bintulu (Malaysia).
• Kuala Belait (Brunei Darussalam).
• Teluk Siam (Thailand).
3
Batu bara
Quang Yen (Vietnam, tambang batu bara antrasit terbesar di Asia Tenggara).

2)   Sumber Daya Manusia Negara Asia Tenggara
a)   Jumlah Penduduk di Kawasan Asia Tenggara
Berdasarkan data dari 2018 World Population Data Sheet yang dikeluarkan oleh Population Reference Bureau, Pada pertengahan tahun 2018 jumlah penduduk di Asia Tenggara berjumlah 649,9 juta jiwa. Jumlah tersebut tersebar di 11 negara sebagai berikut.
No.
Nama Negara
Jumlah Penduduk (dalam juta jiwa)
Luas Wilayah (dalam km2)
Kepadatan Penduduk (dalam jiwa/km2)
1
Indonesia
265,2
1.904.569
139
2
Malaysia
32,5
329.847
99
3
Thailand
66,2
513.120
129
4
Filipina
107
300.000
357
5
Singapura
5,8
697
8321
6
Brunei Darussalam
0,4
5.765
69
7
Vietnam
94,7
331.210
286
8
Laos
7
236.800
30
9
Myanmar
53,9
676.578
80
10
Kamboja
16
181.035
88
11
Timor Leste
1,2
15.410
78

Jumlah
649,9
4.495.031
145
Sumber: 2018 World Population Data Sheet
Dari data di atas terlihat bahwa Singapura merupakan negara terpadat penduduknya sedangkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara.

b)   Persebaran Penduduk di Kawasan Asia Tenggara
Penduduk di Asia Tenggara tersebar di 11 negara. Sebagian besar (52%) penduduk Asia Tenggara tinggal di daerah pedesaan, sedangkan 48% tinggal di perkotaan. Penduduk di Singapura 100% penduduknya tinggal di perkotaan karena negara ini merupakan negara kota. Berikut secara berturut-turut persentase penduduk Asia Tenggara yang tinggal di daerah perkotaan: Singapura (100%), Brunei Darussalam (77%), Malaysia (75%), Indonesia (54%), Thailand (50%), Filipina (44%), Laos (39%), Myanmar (34%), Vietnam (34%), Timor Leste (33%), dan Kamboja (21%).

c)   Suku Bangsa di Asia Tenggara
Menurut A. L Kroeber, suku bangsa yang tinggal di kawasan Asia Tenggara merupakan keturunan dari dua ras, yaitu sebagai berikut.
(1)  Ras Negroid yang menempati Semenanjung Melayu dan wilayah Negara Filipina.
(2)  Ras Mongoloid, yang menempati Kepulauan Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Ras Mongoloid yang ada di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu:
(a)  Proto Melayu (Melayu Tua), yang menurunkan suku Batak, Dayak, dan Toraja;
(b)  Deutro Melayu (Melayu Muda), yang menurunkan suku Bali, Jawa, dan Minangkabau.
Adapun suku-suku yang menempati wilayah Asia Tenggara antara lain sebagai berikut.
(1)  Kamboja: suku Khmer (94%), Tionghoa (4%), suku Vietnam (1%), lainnya (kebanyakan suku Cham) (1%).
(2)  Laos: Lao Daratan Rendah (56%), Lao Theung (34%), Lao Soung (10%)
(3)  Myanmar: suku Burma (68%), Shan (9%), Karen (6%), Rakhine (4%), lainnya (termasuk suku Tionghoa dan Indo-Arya) (13%).
(4)  Thailand: suku Thai (75%), Tionghoa (14%), suku Melayu (4%), Khmer (3%), lainnya (4%).
(5)  Vietnam: suku Vietnam (88%), Tionghoa (4%), Thai (2%), lainnya (6%).
(6)  Brunei: Melayu (69%), Tionghoa (18%), suku pribumi Brunei (6%), lainnya (7%).
(7)  Filipina: Filipino (80%), Tionghoa (10%), Indo-Arya (5%), bangsa Eropa dan Amerika (2%), Arab (1%), lainnya (2%).
(8)  Indonesia: suku Jawa (41,7%), suku Sunda (15,4%), suku Melayu (3,4%), suku Madura (3,3%), suku Batak (3.0%), suku Minangkabau (2,7%), suku Betawi (2,5%), suku Bugis (2,5%), suku Banten (2,1%), suku Banjar (1,7%), suku Bali (1,5%), suku Sasak (1,3%), suku Makassar (1,0%), suku Cirebon (0,9%), suku Tionghoa (0,9%), suku Aceh (0,43%), suku Toraja (0,37%), sisanya ratusan suku-suku kecil lainnya.
(9)  Malaysia: Melayu dan Orang Asli (60%), Tionghoa (30%), Tamil (6,4%), lainnya (2%).
(10) Singapura: Tionghoa (76%), Melayu (15%), Indo-Arya (7%), lainnya (2%).

Berikut gambaran suku-suku dengan jumlah yang besar.
(1)  Suku Khmer
Suku Khmer atau biasa disebut Kampuchea Krom merupakan suku bangsa yang mendiami negara Kamboja dan populasi sekitar 245.000 orang yang tersebar di beberapa wilayah di negara tersebut. Bahkan suku ini juga tersebar di beberapa negara di Asia Tenggara. Suku ini berasal dari wilayah Delta Mekong yang berada di Vietnam Selatan.
(2)  Suku Cham
Suku Cham merupakan keturunan langsung dari Kerajaan Champa pada abad ke-7 hingga 15 yang menguasai sebagian besar wilayah Vietnam. Suku ini mendiami daerah antara Provinsi Kampong Cham di Kamboja dan daerah-daerah lain di negara Vietnam, antaranya Phan Thiet, Phan Rang-Thap Cham, Ho Chi Minh dan An Giang.
(3)  Suku Karen
Suku Karen adalah suku yang memiliki jumlah anggota suku terbesar di Thailand dengan jumlah sekitar 28 ribu orang, suku Karen dikelilingi pegunungan dan dataran tinggi di bagian utara, dan tengah Thailand. Rumah mereka terbuat dari bambu dan berbentuk panggung di mana bagian bawah dari panggung digunakan untuk tempat tinggal hewan-hewan ternak. Di leher wanita-wanita Suku Karen dipasang gelang logam berwarna keemasan. Gelang-gelang ini fungsinya untuk membentuk leher dan kaki mereka agar lebih panjang, karena menurut adat mereka, semakin panjang leher wanitanya maka mereka akan dianggap semakin tampak cantik.
Wanita suku Karen (Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2016/09/28/2338411DSCF8830780x390.JPG)

(4)  Suku Thai
Suku Thai atau Suku Siam adalah kelompok suku terbesar di Thailand. Bahasa Suku Thai berkerabat dengan keluarga Bahasa Tai-Kadai yang tersebar di Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara. Terdapat sekitar 30 sub-grup suku Thai yang mendiami Thailand menurut daerahnya di Thailand Utara, Thailand Tengah, Thailand Selatan dan Thailand Timur Laut. Istilah "Thai" sebenarnya lebih bernuansa politis, yang menunjukkan identitas negara Thailand moderen dimana di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai budaya dan suku bangsa.
Penari Suku Thai (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Bangkok-1965-034_hg.jpg)

(5)  Suku Melayu
Suku Melayu merupakan sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, Sumatra bagian timur, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei, Kalimantan Barat, dan Sarawak dan Sabah pesisir, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini yang secara kolektif dikenal sebagai Alam Melayu. Lokasi ini sekarang merupakan bagian dari negara Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Burma dan Thailand.
(6)  Suku Filipino
Bangsa Filipina yang dikenal dengan sebutan Filipino, terdiri dari beberapa suku bangsa yang mendiami berbagai wilayah di Filipina. Mayoritas suku bangsa di Filipina adalah Tagalog, bersama suku-suku bangsa lainnya sebagai minoritas di negara ini.
(7)  Suku Jawa
Orang Jawa sering juga menyebut dirinya Wong Jowo atau Tiang Jawi. Jumlah populasinya paling banyak dibandingkan dengan suku-suku bangsa lain, dan wilayah asal serta wilayah persebarannya di seluruh Indonesia juga paling luas. Program transmigrasi penduduk Jawa ke pulau-pulau besar lain sudah dimulai oleh pemerintahan jajahan Belanda sejak abad ke-18, seperti transmigrasi orang Jawa ke perkebunan besar di sekitar Deli Serdang di Sumatra Utara dan ke daerah provinsi Lampung. Pada abad itu banyak pula orang Jawa yang dibawa ke berbagai perkebunan di Suriname (Amerika Selatan), ke Afrika Selatan, dan ke Haiti di Lautan Teduh (Pasifik).
(8)  Suku Bugis
Suku Bugis merupakan kelompok etnik yang tempat asalnya berada di Sulawesi Selatan. Suku Bugis juga biasa disebut dengan Suku Deutro-Melayu yang daerah asalnya di Yunan setelah bermigrasi. Kata bugis diambil dari kata To Ugi yang berarti orang bugis. To Ugi merupakan julukan bagi raja pertama di salah satu kerajaan di jazirah Sulawesi Selatan dan nama aslinya yaitu La Sattumpugi. Orang bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara seperti ke Brunei, Malaysia, Fillipina, dan Thailand.
(9)  Suku Batak
Warga Suku bangsa ini sendiri lebih suka menyebut diri mereka orang Tapanuli, sedangkan nama Batak dianggap sebagai sebutan yang berasal dari orang luar. Sebenarnya terdiri atas beberapa sub-suku bangsa yang dibedakan terutama oleh dialek yang mereka pakai. Unsur-unsur kebudayaan asli mereka pada dasarnya sama, tapi setelah masuknya pengaruh kebudayaan luar baru terjadi pencorakan yang lebih jelas perbedaannya. Sub-suku suku bangsa Batak tersebut adalah Toba, Karo, Dairi, Pakpak, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Pada masa dulu masyarakat ini hidup terasing di dataran tinggi Toba dan Karo. Kontak budaya dengan suku bangsa lain tidak banyak terjadi, kalaupun ada tidak terllau mempengaruhi pola kehidupan asli mereka. Mereka meninggalkan kepercayaan dan pola kebudayaan lama setelah mereka menerima pengaruh agama Islam dan Kristen.
(10) Suku Minangkabau
Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah pulau Sumatra bagian barat yang sekarang menjadi Provinsi Sumatra Barat. Daerah asal orang Minangkabau adalah tiga kesatuan wilayah adat yang mereka sebut luhak nan tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang menjadi Kabupaten Agam, Luhak Limapuluh Koto, sekarang menjadi Kabupaten Limapuluh Kota, dan Luhak Tanah Datar yang sekarang menjadi Kabupaten Tanah Datar. Dari ketiga Luhak tersebutlah kebudayaan Minangkabau tersebar pengaruhnya ke daerah sekitarnya.
Pakaian adat suku Minangkabau (Sumber: http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/mengenal-suku-bangsa-minangkabau-ciri-khas-dan-asal-usul/)


2.   Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Pengetahuan dan Teknologi terhadap Perubahan Ruang
Negara-negara yang sedang berkembang memerlukan begitu banyak hal  untuk mendukung perkembangan negara mereka. Negara-negara tersebut saling meningkatkan berbagai kemampuan mereka dalam segala aspek kehidupan masyarakat seperti pada aspek pertanian serta industri. Kemudian, selain itu mereka juga mengadakan investasi dalam aspek kesehatan masyarakat begitu pula dalam aspek pendidikan. Pengangkutan atau aspek transportasipun juga diperlukan, dan juga cara-cara komunikasi yang baru.
Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern, kemudian secara otomatis perkembangan tersebut menuntut masyarakat menuju ke arah globalisasi. Penyebab utama yang paling terasa pada perubahan tersebut adalah pada aspek teknologi Informasi.
Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Dampak teknologi informasi antara lain sebagai berikut.
a.   Dampak Positif
Dampak Positif dari munculnya Teknologi Informasi terhadap masyarakat adalah:
1)   Kita dapat menyelesaikan pekerjaan sengan semakin mudah dibantu perangkat yang semakin berkembang dan praktis.
2)   Kita mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui fasilitas e-mail, chat, bahkan saling berhadapan hanya dengan melalui internet.
3)   Munculnya berbagai jenis jejaring sosial dari adanya teknologi informasi.
4)   Kita dapat dengan mudah untuk mencari informasi tentang suatu hal melalui internet.
5)   Kita juga dimungkinkan untuk berbelanja melaui internet.
6)   Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi bahkan internet dapat kita akses di genggaman tangan kita sendiri, yaitu melalui handphone.
7)   Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan di mana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
8)   Media pertukaran data, para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
9)   Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi.
10)  Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
11)  Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.

b.   Dampak negatif
Dampak Negatif dari munculnya Teknologi Informasi terhadap masyarakat adalah:
1)   Munculnya para penipu yang memanfaatkan internet.
2)   Munculnya pencurian dengan mengambil/menghack.
3)   Dengan semakin mudahnya berbelanja lewat internet kita dapat meningkatkan budaya konsumsi yang menimbulkan sifat boros dan tentu berefek tidak baik untuk kantong.
4)   Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu langsung.
5)   Dari perubahan sifat sosial tersebut mengakibatkan pola perubahan pada interaksi.
6)   Meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia penjudi tidak perlu ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya.

Bagi negara-negara ASEAN tentu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong untuk kerja sama dalam sektor iptek. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan daya saing kawasan, dengan cara memperkuat kapasitas masyarakat ASEAN dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut negara-negara ASEAN sepakat untuk mengembangkan kerjasama iptek dengan melibatkan sebanyak mungkin partisipasi masyarakat dan kalangan dunia usaha.
Kerjasama ASEAN di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain meliputi :
a.   BIOTROP (Regional Centre for Tropical Biology) atau pusat penelitian untuk biologi di Bogor
b.   RECSAM (Regional Centre for iducation Science Mathematic), atau pusat penelitian pendidikan ilmu pengetahuan, Matematika di Penang Malaysia.
c.   RELC (Regional English Lenguage Center) atau pusat Pendidikan Bahasa Inggris di Singapura.
d.   SEARCA (Regional Centre of Graduate Study and Reaseach in Agricultural) atau Lembaga Penelitian dan pengkajian Pertanian di Los Banos.

3.   Pengaruh Kegiatan Ekonomi terhadap Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang
Setiap negara pasti melakukan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang beragam. Kegiatan ekonomi yang utama, dapat dibedakan menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Negara sebagai pelaku ekonomi mempunyai peranan dalam mengatur dan mengelola kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan ekonomi tersebut meliputi berbagai macam bidang, yaitu dalam bidang produksi, konsumsi, dan distribusi.
Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut adalah untuk melindungi kegiatan ekonomi masyarakat dan juga untuk mengadakan pembinaan agar kegiatan ekonomi masyarakat bisa berjalan dengan lancar demi keberhasilan dan kemakmurannya sendiri. Diharapkan kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Disitulah pentingnya peranan negara untuk menjaga stabilitas kegiatan ekonomi, agar jangan sampai terjadi kekacauan dan hanya mementingkan pihak-pihak tertentu saja tanpa berpihak kepada rakyat.
Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara yang bersangkutan. Dalam sistem sosialis atau komunis, negara melakukan dan mengatur semua kegiatan ekonomi. Dalam sistem liberal, negara membatasi diri dengan hanya memberikan perlindungan saja terhadap kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung. Dalam sistem campuran, negara berperan sebagai pelaku, pengawas, dan sekaligus sebagai pelindung bagi kegiatan ekonomi masyarakat.

4.   Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang
Konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian merupakan hal yang marak terjadi di berbagai wilayah termasuk Asia Tenggara. Pertumbuhan penduduk danpertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman, hal ini tentu saja harus didukung denganketersediaan lahan. konversi lahan pertanian dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan pertanian.
Pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan non pertanian terhadap sosial ekonomi masyarakat meliputi pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kepadatan penduduk dan mata pencaharian.
Peningkatan pembangunan di berbagai sektor tidak terlepas dari kebutuhan akan lahan sementara luas lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Oleh karena itu terjadi pengalihan lahan-lahan pertanian ke penggunaan lahan nonpertanian.
Saat ini penggunaan lahan untuk industri dan perumahan mengalami kenaikan. Pengalihan lahan pertanian tersebut tentu berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat terutama pendapatan, kesempatan kerja, kepadatan penduduk dan mata pencaharian.
Alih fungsi lahan pertanian berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sejalan dengan munculnya berbagai aktivitas ekonomi yang membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Sejak dahulu, jumlah lahan pertanian Indonesia sendiri cenderung menurun dari tahun ke tahun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian. Alih fungsi atau konversi lahan didefinisikan sebagai berubahnya fungsi awal lahan menjadi fungsi lainnya baik dari sebagian maupun keseluruhan lahan akibat adanya faktor-faktor tertentu.

Berikut ialah faktor-faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian.
a.   Pertumbuhan penduduk yang pesat
Dengan jumlah daratan yang tetap, namun jumlah penduduk yang terus meningkat, tentu dapat menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Salah satunya yakni adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang juga meningkat.
b.   Kenaikan kebutuhan masyarakat untuk permukiman
Adanya pertumbuhan demografi tentu saja juga menuntut kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut.
c.   Tingginya biaya penyelenggaraan pertanian
Untuk mengolah sawah atau lahan pertanian dari lapisan tanah agar mendapatkan hasil yang optimal tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit, belum lagi jika barang-barang pertanian tersebut mengalami kenaikan seperti pada saat naiknya harga bahan bakar minyak, maka harganya bisa melambung menjadi dua kali lipat. Kenaikan harga pupuk, benih pertanian, biaya irigasi, hingga harga sewa tenaga petani membuat para pemilik sawah mempertimbangkan untuk menjual sawah mereka atau mengalihkan fungsi lahan menjadi bangunan atau tempat wirausaha.
d.   Menurunnya harga jual produk-produk pertanian
Selain membutuhkan modal yang lumayan, para petani juga harus siap menerima risiko lain, yakni hasil panen yang tidak baik atau bahkan gagal panen. Di mana harga jual produk pertaniannya menjadi sangat rendah atau malah tidak laku di pasaran. Jika hal ini terjadi maka petani akan menderita kerugian yang tidak sedikit pula. Tantangan lain ialah adanya penurunan harga hasil pertaniannya karena faktor-faktor tertentu.
e.   Kurangnya minat generasi muda untuk mengelola lahan pertanian
Anggapan masyarakat, khususnya para generasi muda mengenai sektor pertanian masih belum sepopuler bidang-bidang usaha yang lain. Para pemuda misalnya, ketika ditanya mengenai cita-cita mereka, maka hampir bisa dipastikan akan menyebutkan berbagai profesi lain selain menjadi petani. Meski tidak sedikit juga masyarakat yang telah menjadi petani sukses, namun profesi petani saat ini memang masih sering dianggap sebagai profesi yang berada pada kelas menengah ke bawah, sehingga cenderung dihindari oleh para generasi muda. Dan sebagai akibatnya, para orang tua yang mempunyai sawah atau lahan pertanian akan menjual lahannya kepada orang lain. Sedangkan bagi mereka yang mewariskan kepada anaknya yang tidak berminat mengelola sawah, maka besar kemungkinan lahan tersebut akan mengalami alih fungsi.
f.    Pergantian ke sektor yang dianggap lebih menjanjikan
Seiring berkembangnya pengetahuan, teknologi, serta bertambahnya wawasan para pemilik lahan pertanian, maka tidak sedikit dari mereka yang sengaja mengalihkan fungsi lahan pertanian ke sektor usaha lain. Dengan harapan perekonomian dapat semakin meningkat, mereka mulai mendirikan tempat-tempat industri, peternakan, serta tempat usaha lain di atas lahan pertaniannya.
g.   Lemahnya regulasi pengendalian alih fungsi lahan
Yakni ketidaktegasan peraturan pemerintah maupun pejabat mengenai pengendalian fungsi lahan. Ketidaktegasan tersebut di antaranya meliputi kekuatan hukum, ketegasan penegak hukum, dan sanksi pelanggaran. Peran serta para pengguna lahan, baik adat dan masyarakat masih bersifat tidak permanen/insidental (ad hoc) dan tetap diperlukan penguatan dalam penerapan aturan, hal ini dikarenakan kurang rincinya kebijakan-kebijakan pengaman yang telah ada.

Berikut beberapa dampak alih fungsi lahan pertanian :
a.   Menurunnya produksi pangan nasional
Akibat lahan pertanian yang semakin sedikit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin berkurang.
b.   Mengancam keseimbangan ekosistem
Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi risiko penyebab banjir saat musim penghujan.
c.   Sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakai
Untuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek-proyek berbagai jenis jenis irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian. Sehingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai lagi.
d.   Banyak buruh tani kehilangan pekerjaan
Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka.
e.   Harga pangan semakin mahal
Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun, tentu saja bahan-bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan berakibat mahalnya harga pangan.
f.    Tingginya angka urbanisasi
Sebagian besar kawasan pertanian terletak di daerah pedesaan. Sehingga ketika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang tertutup, maka yang terjadi selanjutnya adalah angka urbanisasi meningkat. Orang-orang dari desa akan berbondong-bondong pergi ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di kota keadaan mereka tidak berubah karena persaingan semakin ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar