1. Pengertian
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis
atau masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari
berbagai macam karakteristik kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis,
golongan, agama, tingkat sosial yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua
cirinya yang unik. Secara horizontal masyarakat Indonesia ditandai oleh
kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku
bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara
vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaanperbedaan
vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat
Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa seperti suku
bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku bangsa Batak, suku bangsa Minangkabau,
suku bangsa Dayak, dan masih banyak yang lain. Tentang berapa jumlah suku
bangsa yang ada di Indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan
di antara para ahli tentang indonesia.
Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih
dari 300 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya
masing-masing. Sedangkan Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di
Indonesia dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Menurut
penelitian Badan Pusat Statistik (BPS), yang di lakukan tahun 2010, di
Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa.
Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang
disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat unsur-unsur
keragaman pada masing-masing suku bangsa tersebut. Namun seberapa jumlah suku
bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk/pluralis.
2. Faktor Penyebab Keberagaman Bangsa Indonesia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pluralitas
masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Letak
strategis wilayah Indonesia
Letak Indonesia yang berada di antara dua samudra
yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta di antara dua benua yaitu Asia
dan Australia mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi jalur perdagangan
internasional. Selain membawa komoditas dagang, lalu lintas perdagangan juga
pengaruh terhadap kebudayaan Indonesia. Kedatangan bangsa asing yang berbeda
ras, kemudian menetap di Indonesia mengakibatkan kemajemukkan ras, agama, dan
bahasa.
b. Kondisi
negara kepulauan
Negara Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang
secara fisik terpisah-pisah. Keadaan ini menghambat hubungan antarmasyarakat
dari pulau yang berbeda-beda. Setiap masyarakat di kepulauan mengembangkan
budaya mereka masing-masing, sesuai dengan tingkat kemajuan dan lingkungan
masing-masing. Hal ini mengakibatkan perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya,
serta peranan laki-laki dan perempuan.
c. Perbedaan
kondisi alam
Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai,
pegunungan, daerah subur, padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa, dan
laut mengakibatkan perbedaan masyarakat. Selain itu juga terjadi perbedaan
kondisi kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang hidup di
sekitarnya. Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat pegunungan,
seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok, pakaian,
kesenian, bahkan kepercayaan.
d. Keadaan
transportasi dan komunikasi
Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga
memengaruhi perbedaan masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa
masyarakat mudah berhubungan dengan masyarakat lain, meskipun jarak dan kondisi
alam yang sulit. Sebaliknya sarana yang terbatas juga menjadi penyebab
keberagaman masyarakat Indonesia.
e. Penerimaan
masyarakat terhadap perubahan
Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik
yang datang dari dalam maupun luar masyarakat membawa pengaruh terhadap
perbedaan masyarakat Indonesia. Ada masyarakat yang mudah menerima orang asing
atau budaya lain, seperti masyarakat perkotaan. Namun ada juga sebagian
masyarakat tetap bertahan pada budaya sendiri.
3. Keberagaman Suku
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti
sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran dan
identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh kesatuan
bahasa. Jadi, suku bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari
golongan-golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum
berkaitan dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaan.
Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu
dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan,
kesenian daerah, dan tempat asal.
Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia
dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul
di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke
berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke
Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Batak, dan Suku Madura adalah kelompok
terbesar berikutnya.
Banyak suku terpencil, terutama di Kalimantan dan
Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian
besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian
sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua atau
Melanesia.
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak
akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi;
sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri
dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat
bahwa mereka merupakan subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian
pula suku Baduy dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka sebagai
bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah
suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa
pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal
di Batavia pada era kolonial.
Proporsi populasi jumlah suku bangsa di Indonesia
menurut sensus 2010 sebagai berikut.
Suku Bangsa
|
Populasi (juta)
|
Persentase
|
Kawasan Utama
|
Suku Jawa
|
95,2
|
40,2
|
Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung
|
Suku Sunda
|
36,7
|
15,5
|
Jawa Barat
|
Suku Batak
|
8,5
|
3,58
|
Sumatra Utara
|
Suku Madura
|
7,2
|
3,03
|
Pulau Madura
|
Suku Betawi
|
6,8
|
2,88
|
Jakarta
|
Suku Minangkabau
|
6,5
|
2,73
|
Sumatra Barat, Riau
|
Suku Bugis
|
6,3
|
2,69
|
Sulawesi Selatan
|
Suku Melayu
|
5,3
|
2,27
|
Sumatra dan Kalimantan; terutama di Jambi,
Bengkulu, Sumatra Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, dan
Kalimantan Barat
|
Suku Arab
|
5,0
|
2,10
|
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, dan Sumatra
|
Suku Banten
|
4,6
|
1,97
|
Banten
|
Suku Banjar
|
4,1
|
1,74
|
Kalimantan Selatan
|
Suku Bali
|
3,9
|
1,67
|
Pulau Bali
|
Suku Sasak
|
3,1
|
1,34
|
Pulau Lombok, Pulau Sumbawa
|
Suku Dayak
|
3,0
|
1,27
|
Pulau Kalimantan
|
Suku Tionghoa
|
2,8
|
1,20
|
Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi
|
Suku Makassar
|
2,7
|
1,13
|
Sulawesi Selatan
|
Suku Cirebon
|
1,9
|
0,79
|
Jawa Barat
|
4. Keberagaman Agama dan Kepercayaan
Indonesia tidak hanya memiliki suku bangsa yang
beragam, namun juga memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Terdapat enam
agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Berdasarkan data yang ada, mayoritas masyarakat
Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Di samping agama yang resmi, di Indonesia
juga tumbuh dan berkembang suatu keyakinan yang disebut dengan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan adanya keberagaman agama di Indonesia, masyarakat
Indonesia harus menghargai perbedaan yang ada. Hal tersebut telah diatur di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang menjamin masyarakat
memiliki kemerdekaan di dalam beragama. Setiap individu dibebaskan untuk
menganut agama yang dipilihnya. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi agama.
Setiap individu harus menghormati dan memelihara toleransi terhadap kepercayaan
masing-masing.
5. Keberagaman Ras
Ras diartikan sebagai rumpun bahasa atau menunjuk
pada golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Ras adalah sebuah kategori
dalam antropologi fisik untuk menentukan kelompok orang dari asal yang sama.
A.L.
Kroeber, ahli antropologi Amerika menjelaskan bahwa ras manusia di dunia dibagi
dalam lima golongan ras, sebagai berikut.
a. Austroloid,
yaitu penduduk asli Australia (Aborigin).
b. Mongoloid, yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika
terdiri atas Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur),
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk
asli Taiwan), serta American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
c. Kaukasoid,
yaitu penduduk asli wilayah Eropa,
sebagian Afrika, dan Asia, antara lain Bordir (Eropa Utara dan sekitar
Laut Baltik), Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur), Mediteranian (sekitar Laut
Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran), serta India (Pakistan, India,
Bangladesh, dan Sri Lanka).
d. Negroid,
yaitu penduduk wilayah Afrika dan sebagian Asia meliputi African Negroid (Benua
Afrika), Negeri (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya atau orang Semang, dan
Filipina), serta Melanesia (Iran dan Melanesia).
e. Ras-ras
khusus, yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam empat ras pokok
tersebut adalah ras Budiman (penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika
Selatan), Veddoid (penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan),
Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia), serta Ainu (penduduk di daerah
Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
Berdasarkan
klasifikasi A.L. Krober, bangsa Indonesia terdiri atas beberapa ras, yaitu ras
Malayan Mongoloid, Melanesian, Negroid, dan Veddoid. Berikut uraian
penggolongan ras orang Indonesia.
a. Ras
Mongoloid
Ciri-cirinya: rambut ikal atau lurus, dan muka
bulat. Golongan ini terdiri atas golongan Melayu Tua (Proto Melayu) terdiri
atas suku Batak, suku Toraja, dan suku Dayak. Adapun golongan Melayu Muda
(Deutro Melayu) terdiri atas suku Jawa,
Bali, dan Banjar.
b. Ras
Melanesian
Ciri-cirinya: rambut keriting, bibir tebal, dan
kulit hitam. Penduduk Indonesia yang termasuk golongan ini adalah penduduk
Pulau Papua, Kai, dan Aru.
c. Ras
Negroid
Ciri-cirinya: rambut keriting, perawakan kecil, dan
kulit hitam. Persebarannya di Semenanjung Malaka dan sekitarnya serta orang
Mikrosopi di Pulau Andaman.
d. Ras
Veddoid
Ciri-cirinya: kulit sawo matang dan rambut berombak.
Persebarannya adalah orang Saksi di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano
(Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
6. Keberagaman Antargolongan
Keberagaman masyarakat di Indonesia dapat dilihat
dari struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat Indonesia menurut Syarif Moeis
ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang. Pertama, secara horizontal
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Secara
vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam.
Dalam sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu
disebut ”Social Stratification” atau
biasa disebut dengan kelas sosial. Adanya perbedaan kelas dalam lapisan
masyarakat menyebabkan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara bertingkat.
Hal itu diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah dengan
ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban
individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial. Dengan demikian, dalam
kelas sosial terdapat pengolongan manusia secara bertingkat atas dasar
kedudukan atau status sosial sehingga menyebabkan perbedaan antara hak dan
kewajiban.
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas
sosial, keberagaman masyarakat ditandai adanya segmentasi dalam bentuk
kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Kelompok-kelompok tersebut dapat berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi
kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk
golongan-golongan di masyarakat. Setiap golongan terdiri dari atas dua orang
atau lebih yang mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.
Keberagaman antargolongan tidak boleh menyebabkan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di masyarakat. Adanya keberagaman
antargolongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan
bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya
pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa misalnya golongan
kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh karena itu, ciri golongan
tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional.
Meskipun berbeda-beda golongan namun seluruh warga
negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia. Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus selalu
dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Arti Penting Memahami Keberagaman dalam
Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Memahami keberagaman dalam masyarakat Indonesia
ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa kesadaran akan keberagaman yang kita miliki,
bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan. Keberagaman
masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Dampak positif memberikan manfaat bagi perkembangan
dan kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan
kehancuran bangsa dan negara. Bagi bangsa Indonesia keberagaman suku bangsa,
budaya, agama, ras dan antargolongan merupakan kekayaan bangsa yang sangat
berharga. Meskipun berbeda-beda suku bangsa, adat istiadat, ras, dan agama kita
tetap bersatu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keberagaman bukan
merupakan unsur perpecahan namun justru yang menciptakan kesatuan bangsa.
Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan suku, adat istiadat, ras dan agama untuk
menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia. Tuhan menciptakan manusia dengan
berbeda-beda bukan untuk saling bermusuhan melainkan untuk saling mengenal dan
bersaudara. Hal tersebut sesuai dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal
Ika.
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan
bangsa Indonesia yang terdapat pada lambang negara Republik Indonesia, yaitu
Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah
pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula
diartikan: Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna bahwa walaupun
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, adat-istiadat, ras
dan agama yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan
dan kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna meskipun bangsa Indonesia
terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, adat istiadat, ras dan agama namun
keseluruhannya itu merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara
Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,
dimana kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti hidup
saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa
memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Tanpa adanya kesadaran sikap dan perilaku untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika
pasti akan terjadi perpecahan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena
setiap orang hanya akan hanya mementingkan diri atau daerahnya sendiri daripada
kepentingan bangsa dan negara.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus