Pengalaman masa lalu sangat penting untuk kita ketahui. Peristiwa masa lalu berfungsi sebagai pengetahuan dan pedoman hidup. Bagaimana mengetahui jejak masa lalu sebelum
dikenal adanya tulisan? Bagaimana masyarakat
yang belum mengenal tulisan mewariskan masa lalunya? Hal apa saja yang dapat
membantu menemukan jejak-jejak sejarah pada masa lampau? Bagaimana perkembangan
sejarah Indonesia, perkembangan rekaman tertulis, serta perkembangan
penulisan sejarah di Indonesia setelah masa aksara? Untuk mengetahui hal
tersebut mari pelajari materi berikut ini!
1.
Mengenal Masa Praaksara
Masa praaksara (pra = sebelum; aksara = huruf) atau biasa
disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
Masa ini disebut juga nirleka. Nir artinya tidak ada dan leka artinya
tulisan. Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum
mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman
manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman
sejarah.
Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia purba.
Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia
melalui tulisan. Sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui
peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan
fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
a.
Fosil
Fosil adalah sisa-sisa
tumbuhan, hewan, maupun manusia yang telah membatu karena terpendam dalam
lapisan tanah. Fosil manusia purba di temukan dengan cara menggali tanah, pada
setiap lapisan tanah tersebut akan di temukan fosil-fosil dalam kondisi yang mempunyai
ciri-ciri khusus. Fosil-fosil yang ditemukan para ahli dinamakan fosil pandu,
sebab fosil yang ditemukan tersebut di gunakan untuk memberi petunjuk mengenai
kehidupan manusia purba pada jaman pra-sejarah. Fosil pandu juga disebut dengan
leit fosil.
b.
Artefak
Artefak adalah
peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari
batu, tulang, kayu, dan logam.
Ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala untuk
menyusun kembali kehidupan manusia dan masyarakat masa lampau disebut arkeologi.
Untuk mengetahui usia dari benda-benda hasil kebudayaan manusia purba tersebut
dapat digunakan beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
a. Tipologi,
yaitu cara menentukan usia benda peninggalan budaya dengan melihat tipe atau
bentuk benda tersebut. Semakin sederhana bentuk benda tersebut, maka usianya
semakin tua.
b.
Stratigrafi, yaitu cara menentukan usia benda
peninggalan budaya berdasarkan lapisan tanah di mana benda tersebut ditemukan.
Benda yang ditemukan pada lapisan tanah paling bawah maka usia benda tersebut
paling tua. Semakin ke atas lapisan, tanah tempat penemuan benda, semakin muda
usia benda tersebut.
c.
Kimiawi, yaitu cara menentukan usia benda
peninggalan budaya dengan melihat unsur-unsur kimia yang terkandung dalam benda
tersebut, misalnya, unsur C14 (Carbon 14) atau unsur Argon.
Beberapa
ilmu bantu yang dapat digunakan untuk mengetahui jaman pra-sejarah sebagai
berikut:
a.
Paleoantropologi, yaitu ilmu yang mempelajari
bentuk-bentuk manusia yang paling sederhana sampai manusia pada jaman sekarang.
b.
Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari
sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu atau fosil.
c.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajri
lapisan-lapisan tanah.
Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir
sampai manusia mengenal tulisan. Bangsa yang pertama kali meninggalkan zaman
prasejarah adalah bangsa Mesir, karena telah mengenal tulisan sejak sekitar
tahun 4000 SM, disusul Mesopotamia (3000 SM), dan India (2500 SM). Bangsa
Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 Masehi. Hal ini
diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan
Timur. Prasasti tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf
yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400
Masehi.
2.
Periodisasi Masa Praaksara
Pembabakan
atau periodisasi masa aksara meliputi periodisasi secara geologis, periodisasi
secara arkeologis, dan periodisasi berdasarkan perkembangan kehidupan.
a. Periodisasi secara Geologis
Secara
geologi, proses pembentukan bumi dan kehidupan di atasnya berlangsung sangat
lama dan bertahap. Tahapan pembentukan kulit bumi terdiri atas sebagai berikut.
1) Azoikum (Arkhaikum)
Zaman Azoikum
berlangsung sekitar 2500 juta tahun. Pada masa ini kulit bumi masih sangat
panas dan belum ada kehidupan.
2) Palaeozoikum
Zaman Palaeozoikum ini
berlangsung sekitar 340 juta tahun. Pada zaman ini sudah mulai ada tanda-tanda
kehidupan.
Zaman Palaeozoikum ini
dibagi menjadi enam, yaitu:
a) Zaman kambrium, pada
zaman ini mulai ada kehidupan, tetapi masih sangat primitif, seperti tanaman
multisel, kerang , ubur-ubur, dan cacing
b) Zaman ordovisium, mulai
muncul binatang tidak bertulang belakang
c) Zaman silur, mulai ada
hewan bertulang belakang tertua, seperti ikan hiu purba
d) Zaman devon, mulai ada
binatang jenis amfibi tertua.
e) Zaman carbon, mulai ada
binatang merayap, seperti reptil.
f) Zaman perom, mulai ada
hewan darat jenis cynognathus, ikan air tawar, dan reptil.
3) Mesozoikum
Zaman Mesozoikum
berlangsung sekitar 140 juta tahun. Pada zaman ini sudah mulai hidup
hewan-hewan yang berukuran besar, seperti dinosaurus, atiantasaurus dan tyranosaurus.
Pada zaman ini juga mulai muncul banyak reptil sehingga zaman ini sering
disebut zaman reptil.
4) Neozoikum
Zaman Neozoikum
berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman Neozoikum ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Zaman tersier
Pada zaman tersier, jenis
reptil raksasa mulai lenyap. Pada zaman ini mulai hidup heawn menyusui dan
hewan primata, seperti monyet, dan kera. Zaman tersier ini dibagi lagi menjadi
zaman-zaman berikut:
(1) Zaman palaoesen, mulai
muncul burung raksasa yang tidak dapat terbang dan binatang pengerat.
(2) Zaman eosen, mulai
muncul unta dan badak
(3) Zaman oligosen, mulai
muncul binatang anjing, kelinci, gajah, kuda, dan babi hutan.
(4) Zaman miosen, mulai
muncul mamalia pemakan rumput.
(5) Zaman pliosen, mulai
muncul binatang kera.
b) Zaman kuarter
Zaman kuarter dimulai
kira-kira semenjak 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini mulai ada manusia.
Zaman kuater ini dibagi menjadi dua yaitu”
(1) Kala pleistosen, es
di Kutub Utara mencair dan menutupi Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara.
(2) Kala holosen, diperkirakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka bumi.
b. Periodisasi secara Arkeologis
Periodisasi
secara arkeologis didasarkan atas hasil-hasil temuan benda-benda peninggalan
yang dihasilkan oleh manusia yang hidup pada masa praaksara.
Berdasarkan penelitian terhadap benda-benda tersebut, masa praaksara
dibedakan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.
1) Zaman Batu
Disebut zaman batu karena pada zaman ini alat-alat yang digunakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terbuat dari batu. Zaman batu ini berlangsung sangat
lama, oleh karena itu dibagi dalam beberapa zaman, yaitu sebagai berikut.
a) Zaman Palaeolitikum atau
Zaman Batu Tua
Zaman palaeolitikum berlangsung sangat
lama, yaitu sekitar 600.000 tahun. Pada zaman ini kebudayaan manusia purba
masih sangat sederhana, mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain (nomaden).
Ciri-ciri kebudayaan zaman batu tua adalah sebagai
berikut:
(1) Peralatan terbuat dari batu atau
tulang yang masih kasar.
(2) Jenis peralatan yang digunakan
adalah kapak genggam, kapak perimbas, dan alat serpih.
(3) Hidup mencari makanan dengan
berburu dan mengumpulkan makanan.
(4) Tempat tinggal masih
berpindah-pindah (nomaden).
Hasil kebudayaan palaeolitikum yang
berhasil ditemukan oleh para arkeolog berupa alat-alat yang terbuat dari batu.
Alat-alat itu masih dibuat dengan cara yang kasar dan belum diasah. Alat yang
dihasilkan berupa kapak genggam atau chopper, hasil dari penemuan manusia purba
itu kemudian disebut dengan kebudayaan Pacitan. Selain di Pacitan, peninggalan
zaman palaeolitikum juga ditemukan di daerah Ngandong (Blora) berupa alat-alat
yang terbuat dari tulang dan tanduk. Alat-alat itu kemudian dikenal sebagai
kebudayaan Ngandong
b) Zaman Mesolitikum atau
Zaman Batu Madya
Kehidupan manusia purba pada zaman ini
tidak jauh berbeda dengan zaman palaeolitikum, yaitu food gathering.
Namun cara berpikir manusia purba pada zaman ini telah berkembang.
Ciri kebudayaan pada zaman batu madya
adalah sebagai berikut.
(1) Peralatan terbuat dari batu atau
tulang yang sedikit lebih halus.
(2) Jenis peralatan yang digunakan
adalah kapak sumatera dan alat serpih.
(3) Telah ditemukan kjokkenmodinger
(bahasa Denmark) artinya adalah sampah dapur berupa kulit kerang sisa makanan
yang menggunung.
(4) Telah ditemukan abris sous
roche (gua yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba).
(5) Sudah mengenal kepercayaan.
Pada tahun 1925, kjokkenmodinger
diteliti oleh Dr.P.V. van Stein Callenfels. Hasil dari penelitian itu berupa
ditemukannya kapak genggam (pebble) dan kapak pendek (hache courte) karena
ditemukan di Pulau Sumatra maka disebut juga sumatralith.
Pada tahun 1928 – 1931, Van Stein
Callenfels melakukan penelitian di Gua Lawa (Ponorogo) di dalam gua itu
berhasil ditemukan alat-alat yang berupa mata panah, flakes, batu penggilingan,
dan kapak batu yang sudah diasah satu sisinya namun belum sempurna. Selain itu,
ditemukan pula alat-alat yang terbuat dari tulang dan tanduk rusa. Penelitian
terhadap abris sous roche dilakukan pula oleh Van Heekern.
Peninggalan sejarah zaman mesolitikum
yang berupa flakes ditemukan di beberapa daerah seperti di Timor dan Rote oleh
Alfred Buhler. Flakes yang ditemukannya pada bagian pangkat sudah bertangkai.
Daerah penemuan flakes yang besar terdapat di sekitar Bandung yang meliputi
Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, Banjaran, dan Soreang sampai sebelum
barat Cililin. Penelitian di daerah tersebut dilakukan oleh Von Koenigswald dan
disebut sebagai kebudayaan Danau Bandung (dulu di dataran tinggi Bandung,
terdapat sebuah danau purba). Selain di Bandung, benda-benda bersejarah zaman
mesolitikum juga ditemukan di Gua Leang Patta E di Toala (Sulawesi Selatan)
oleh Van Stein Callenfels. Benda yang ditemukan dari gua tersebut berupa flakes
dan pebble, benda-benda itu kemudian disebut sebagai kebudayaan Toala.
c) Zaman Neolitikum atau
Zaman Batu Muda
Ciri-ciri zaman neolitikum adalah
sebagai berikut.
(1) Peralatan yang terbuat dari batu
sudah dihaluskan dan diberi tangkai.
(2) Jenis alat yang digunakan adalah
kapak persegi dan kapak lonjong.
(3) Sudah bertempat tinggal menetap
(sedenter).
(4) Sudah mengenal bercocok tanam.
(5) Telah mengenal perhiasan dari
batu dan manik-manik.
(6) Telah mengenal pakaian dari kulit
kayu.
(7) Sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme.
Alat-alat dari zaman ini yang paling
penting adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Nama kapak persegi diberikan
oleh Von Heine Geldern, pemberian nama itu didasarkan pada bentuknya yang
persegi panjang atau trapezium.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa kapak lonjong dan persegi berasal dari daratan Asia.
Persebaran kapak persegi ke wilayah Indonesia melalui jalur barat menuju ke
Sumatra, Jawa, dan daerah lain di Indonesia. Sedangkan persebaran kapak lonjong
melalui jalur timur, yaitu dari daratan Asia menyeberang ke Filipina terus ke
Sulawesi lalu menyebar ke daerah lain di Indonesia.
Kehidupan manusia purba zaman
neolitikum telah jauh berubah bila dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pada
zaman ini manusia purba telah memiliki tempat tinggal tetap dan bercocok tanam.
Mereka telah mampu mengolah tanah dengan teknik yang sederhana, yaitu mulai
dari membersihkan hutan, membajak sawah, dan menanaminya. Tanah pertanian yang
mereka garap berupa ladang. Pada zaman ini telah terjadi perubahan pola hidup
dari food gathering menjadi food producing.
Pada zaman neolitikum manusia purba
telah memiliki keterampilan membuat alat-alat rumah tangga yang terbuat dari
tanah liat (tembikar). Pembuatan alat-alat dari tembikar itu belum menggunakan
roda landasan/pelarikan. Alat-alat dari tembikar ini ditemukan di Yogyakarta,
Pacitan, Melolo (Sumba), dan sebagainya.
d) Zaman Megalitikum Atau Zaman
Batu Besar
Pada zaman megalitikum atau zaman batu
besar manusia sudah dapat menghasilkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu
besar. Bangunan batu-batu besar berkaitan dengan kepercayaan yang dianut
masyarakat pada zaman tersebut.
Hasil-hasil kebudayaan megalitikum
yang berhasil ditemukan di wilayah Indonesia sebagai berikut.
(1) Menhir, yaitu tugu batu sebagai
tempat pemujaan terhadap roh para nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatra,
Sulawesi Tengah, Kalimantan, dan beberapa daerah lainnya.
(2) Dolmen, yaitu meja batu tempat
untuk meletakkan sesaji yang akan dipersembangkan kepada roh nenek moyang. Di
bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Dolmen ditemukan di Sumatra Barat,
Sumbawa, dan beberapa daerah lainnya.
(3) Sarkofagus, yaitu peti jenazah
yang terbuat dari batu utuh (batu tunggal). Daerah penemuannnya terdapat di
daerah Jawa Timur, Bali, dan sebagainya.
(4) Kubur batu, yaitu peti jenazah
yang terdiri dari lempengan batu pipih. Benda jenis ini banyak ditemukan di
daerah Kuningan (Jawa Barat).
(5) Punden berundak, yaitu bangunan
suci tempat memuja roh nenek moyang yang dibuat dengan bentuk
bertingkat-tingkat. Bangunan ini merupakan prototipe (bentuk pendahuluan) dari
candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten.
(6) Waruga, yaitu kubur batu yang
berbentuk kubus dan terbuat dari batu utuh. Benda prasejarah ini banyak
ditemukan di Sulawesi Tengah dan Utara.
(7) Arca, yaitu patung yang
menggambarkan manusia maupun binatang. Binatang yang dibuat arcanya, antara
lain kerbau, gajah, kera, dan sebagainya. Arca zaman megalitikum banyak
ditemukan di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagainya.
2) Zaman Logam
Pada masa ini manusia purba berusaha melengkapi kebutuhan hidupnya dengan
menciptakan alat-alat baru. Alat-alat itu terbuat dari logam yang akan
digunakan untuk berburu, berladang, dan sebagainya. Orang yang ahli membuat
alat dari logam disebut undagi dan tempat pembuatannya disebut perundagian.
Pembuatan alat-alat dari logam menggunakan dua macam teknik, yaitu a
cire perdue (teknik cetak hilang) dan bivalve (teknik cetak ulang).
Berikut ini akan kita bahas cara pembuatan alat yang terbuat dari logam.
a) Teknik a cire perdue
Benda yang akan dicetak dibuat dari lilin atau sejenisnya
kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang. Selanjutnya dibakar sehingga
lilin itu meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu,
sesudah dingin cairan membeku dan tanah liat tadi dibuang dan jadilah benda
yang diinginkan.
b) Bivalve
Caranya cetakan logam terbuat dari tanah liat yang diberi
rongga dan diberi logam,dan terdiri dua bagian. Cetakan dari tanah
liat tersebut dibakar seperti membuat gerabah. Cairan perunggu dimasukkan
ke dalam cetakan bivalve tersebut setelah cairan
logam dingin dan mengeras, cetakan tersebut kemudian dilepas maka jadilah benda
yang diinginkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, zaman logam dibagi menjadi beberapa tahapan
sesuai dengan bahan yang digunakannya. Berikut ini tahapan-tahapan yang ada
pada zaman logam.
a) Zaman Tembaga
Zaman tembaga merupakan zaman awal manusia mengenal
peralatan yang terbuat dari logam. Namun zaman ini tidak pernah dikenal di
Indonesia. Zaman logam hanya terjadi di daratan Asia seperti Semenanjung
Malaya, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan daratan Asia lainnya.
b) Zaman Perunggu
Pada zaman ini masyarakat Indonesia mulai mengenal
peralatan yang terbuat dari logam perunggu. Perunggu merupakan logam hasil
percampuran antara tembaga dan timah. Alat-alat yang dibuat pada zaman perunggu
seperti berikut ini.
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia
adalah sebagai berikut.
(1) Kapak corong (kapak perunggu),
banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar,
dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.
(2) Nekara perunggu (nekara kecil =
moko), berbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah Sumatra, Jawa,
Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan
dan maskawin. Nekara terbesar disebut The Moon of Pejeng yang disimpan di pura
Besakih, Gianyar, Bali.
(3) Bejana
Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan
di Madura dan Sumatra.
(4) Arca-arca perunggu, banyak
ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang (Jatim), dan Bogor (Jabar).
(5) Perhiasan: gelang, anting-anting,
kalung, dan cincin.
c) Zaman Besi
Pada zaman ini manusia telah dapat mengolah bijih besi
untuk membuat peralatan yang dibutuhkannya. Tingkat kehidupan manusia zaman
besi ini sudah jauh lebih baik bila dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Benda
yang dihasilkan pada zaman besi, antara lain tombak, mata panah, cangkul, sabit,
dan mata bajak.
c. Periodisasi berdasarkan
Perkembangan Kehidupan
Berdasarkan corak kehidupannya, masa praaksara melalui tahap sebagai berikut.
1) Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period)
adalah masa ketika manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan
untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari
alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim
mereka pada saat itu). Masa Berburu dan Mengumpulkan makanan terjadi pada masa Paleolitikum
(zaman batu tua), yang berbarengan dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2
juta tahun yang lalu. Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama
600.000 tahun. Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana, yaitu manusia purba, dan berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut, yaiotu ras Melanesia dan Austronesia.
Kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, adalah sebagai
berikut.
a) Kehidupan Sosial
(1) Pada masyarakat food gathering,
mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Daerah yang mereka tempati harus
dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena
itu mereka selalu berpindah-pindah. Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah
sebagai berikut:
(a) Binatang buruan dan umbi-umbian
semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
(b) Musim kemarau menyebabkan binatang
buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
(c) Mereka berusaha menemukan tempat di
mana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
(2) Mereka masih hidup mengembara.
Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah
pantai.
(3) Mencari makanan berupa binatang
buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari
kerang sebagai makanannya.
(4) Mereka hidup dalam
kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang
buruan/ mengumpulkan makanan.
(5) Dalam kelompok-kelompok tersebut
terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada umumnya melakukan perburuan.
Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan
merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan dimakan.
(6) Hubungan antaranggota sangat
erat, mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan
kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
(7) Populasi pertumbuhan penduduk
sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat
primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b) Kehidupan Ekonomi
(1) Memenuhi segala kebutuhan
hidupnya dari berburu dan mengumpulkan makanan yang disediakan oleh alam (food
gathering).
(2) Makanan yang dikumpulkan seperti
buah-buahan, umbi-umbian, dedaunan, selain itu juga menangkap ikan, mencari
kerang di laut atau sungai. Hewan yang menjadi buruan, antara lain kijang,
rusa, dan unggas.
(3) Telah mengenal api, baik untuk
memasak, penerangan, menghangatkan badan, maupun mengusir binatang buas.
(4) Pada masa ini untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka bekerja sama dalam kelompok (10-15 orang) untuk berburu
dan mengumpulkan makanan.
c) Kehidupan Budaya
(1) Dengan peralatan yang masih
sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat
perahu.
(2) Mereka belum mampu membuat
gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah
satunya yaitu dengan cara membakar.
(3) Mereka sudah mengenal perhiasan
yang sangat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai
kalung.
(4) Untuk mencukupi kebutuhan hiudup
mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
(5) Pada masa itu mereka memilih untuk
tinggal di gua-gua. Dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat
kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti: kapak perimbas, kapak penetak,
kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, alat-alat dari tulang, dan
lain-lain.
2) Masa Bercocok Tanam (Food
Producing) dan Berternak
Pada
masa bercocok tanam kegiatan utama masyarakat adalah
bertani. Namun kegiatan lain seperti berburu masih dilakukan. Hidup menetap dan bercocok tanam ada pada zaman Neolitikum. Pada zaman ini
telah terjadi perubahan besar, yaitu revolusi kehidupan manusia, yaitu
perubahan dari pola hidup berpindah-pindah dan tergantung pada penyediaan alam
(food gatehring) ke kehidupan menetap, bertani, beternak, dan
berproduksi (food producing). Masyarakat pendukung masa menetap dan
bercocok tanam adalah ras Austromelanesoid.
Kehidupan pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut.
a) Kehidupan Sosial
(1) Kehidupan bercocok tanamnya
dikenal dengan berhuma atau ladang, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara
membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan
berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti
sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai
menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
(2) Telah tinggal menetap di suatu
tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan
memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah
hidup menetap. Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai
alam lingkungan.
(3) Dengan hidup menetap, merupakan
titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan
hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan
perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
(4) Jumlah anggota kelompoknya
semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka
masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
(5) Muncul kegiatan kehidupan
perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban
kehidupan masyarakat.
(6) Diangkat seorang pemimpin yang
berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
(7) Mereka hidup bergotong royong,
sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Ekonomi
(1) Mereka telah mengenal sistem
barter, yaitu pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem
ekonomi dalam masyarakat.
(2) Hubungan antaranggota masyarakat
semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
(3) Sistem perdagangan semakin
berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat.
(4) Untuk memperlancar diperlukan
suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada
perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi
sebuah kebutuhan hidupnya.
c) Kehidupan Budaya
(1) Kebudayaan semakin berkembang
pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan
yang lebih baik.
(2) Peninggalan kebudayaan manusia
pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang.
(3) Hasil kebudayaan pada masa
bercocok tanam: beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, perhiasan,
bangunan megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden
berundak, waruga, arca.
3) Masa Perundagian
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi
sederhana dan pembagian kerja. Saat itu manusia mengenal pertukangan dan
pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai barang-barang
kebutuhan rumah tangga. Masyarakat pendukungnya adalah ras melayu Austronesia.
Corak kehidupan pada masa perundagian adalah sebagai berikut.
a) Kehidupan Sosial
(1) Jumlah penduduk semakin
bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju,
mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara
bercocok tanam yang sederhana.
(2) Mereka memiliki pengetahuan
tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam
dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen.
(3) Dengan diterapkan sistem
persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.
(4) Dalam masyarakat muncul golongan
undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan
seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap
menjadi usaha utama masyarakat.
(5) Dari segi sosial, kehidupan
masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya: ada pembagian kerja yang baik
berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.
(6) Pembagian kerja semakin komplek di
mana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Ekonomi
(1) Telah muncul sistem perkampungan
yang lebih teratur. Pola permukiman makin menyebar, yakni daerah pegunungan,
pedalaman, dan pantai.
(2) Bidang pertanian menjadi mata
pencaharian yang tetap, seperti berladang, bersawah, dan peternakan makin
berkembang dan jenisnya bervariasi.
(3) Perdagangan makin berkembang dan
meluas hingga antarpulau, walaupun masih menggunakan sistem barter.
c) Kehidupan Budaya
(1) Masyarakat zaman ini telah
menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni
dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang
tinggi.
(2) Zaman ini ditandai dengan
pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka
menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak
manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.
(3) Pada zaman perunggu, orang dapat
memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu
merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya
sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.
(4) Pada zaman besi, manusia telah
menemukan logam yang jauh lebih keras lagi di mana harus dileburkan pada titik
lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna
daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam
yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran
logam dan penempaan logam.
(5) Pada zaman perundagian peralatan
gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan
bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan
mudah oleh alat-alat dari dari logam.
1.
Nilai-Nilai Budaya Masa
Praaksara di Indonesia
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, benar atau berharga bagi
seseorang. Setiap masyarakat atau setiap budaya memiliki nilai-nilai tertentu
mengenai sesuatu. Bahkan budaya dan masyarakat itu merupakan nilai yang tak
terhingga bagi orang yang memilikinya. Bagi manusia nilai dijadikan landasan,
alasan, motivasi dalam segala perbuatan karena nilai itu mengandung kekuatan
yang mendorong manusia meyakini untuk berbuat dan bertindak.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai penggalan budaya adalah penggalan
budaya yang diyakini baik, benar dan berguna bagi masyarakat. Nilai-nilai
budaya masa praaksara di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Nilai Religius/Keagamaan
Nilai ini
mencerminkan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka,
dalam hal ini mereka berusaha membatasi perilakunya.
b. Nilai Gotong Royong
Masyarakat
prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan kelompok
bersama, membangun rumah juga dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat
dibuktikan dari adanya bangunan-bangunan megalith yang dapat dipastikan secara
gotong royong/bersama-sama.
c. Nilai musyawarah
Nilai ini sudah
dikembangkan oleh masyarakat prasejarah dalam hidupnya seperti dalam pemilihan
pemimpin masyarakat dalam usaha pertanian dan perburuan.
d. Nilai Keadilan
Sikap ini sudah
diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu yaitu
adanya pembagian tugas sesuai dengan tenaga dan kemampuannya sehingga tugas
antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini
berkembang pada masa perundagian, yaitu pembagian tugas berdasarkan
keahliannya.
2.
Nenek Moyang Bangsa
Indonesia
Banyak pendapat yang bermunculan terkait dengan dari mana sejatinya asal
usul nenek moyang bangsa Indonesia. Para ahli sejarah saling mengeluarkan
argumenya disertai dalih pembenaran dari dugaannya masing-masing.
Paul dan Fritz Sarasin (Sarasin bersaudara) mengemukakan bahwa penduduk
asli Indonesia adalah suatu ras yang berkulit gelap dan bertubuh kecil. Ras ini
pada awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu sebagai
daratan pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es berakhir
dan es mencair, maka dataran tersebut kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut
China Selatan dan laut Jawa.Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian
terpisah menjadi daratan utama Asia dan Kepulauan Indonesia. Penduduk asli
tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah pesisir.
Penduduk asli inilah yang disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin.
Orang Vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi
Selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai
Kepulauan Melanesia. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang
tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan
Indonesia. Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan dan orang Vedda.
Ras lain yang menghuni kepulauan Indonesia adalah Proto Melayu dan Deutro
Melayu. Ciri-ciri fisik mereka adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan,
dan bermata sipit. Proto Melayu dan Deutro Melayu tiba di kepualauan Indonesia
dalam dua gelombang kedatangan. Gelombang kedatangan pertama adalah Proto
Melayu (Melayu Tua), mereka dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang
bermigrasi dari wilayah Cina Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan).Proto
Melayu bermigrasi ke wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan
timur. Jalur barat bermula dariYunnan (Cina Bagian Selatan) masuk ke Indochina,
kemudian masuk ke Siam, Semenanjung Melayu, Sumatra dan akhirnya menyebar ke pulau-pulau
di Indonesia. Jalur timur melewati Kepulauan Ryukyu Jepang. Dari sana mereka
mengarungi lautan menuju Taiwan, Filipina, Sangir, dan masuk ke Sulawesi.
Proto Melayu membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi dan kapak
lonjong. Kapak persegi dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur
barat, sedangkan kapak lonjong dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui
jalur timur. Suku bangsa Indonesia yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu
Mentawai, Dayak dan Toraja.
Gelombang kedatangan ke Kepulauan Indonesia berikutnya adalah Deutro Melayu
(Melayu Muda) yang berasal dari Indochina bagian utara. Kedatangan Deutro-Melayu
mendesak keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman.Mereka memperkenalkan
perkakas dan senjata yang terbuat dari besi atau logam. Mereka telah melakukan
kegiatan bercocok tanam. Padi yang banyak ditanam di Indonesia saat ini dibawa
oleh Deutero Melayu dari wilayah Assam Utara atau Birma Utara. Bangsa
Deutro-Melayu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju. Karena
itu, mereka berkembang menjadi sebagian besar suku-suku yang ada di Indonesia
saat ini seperti Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan lain-lain. Dalam perkembangan
selanjutnya, Proto Melayu dan Deutero Melayu berbaur, sehingga sulit dibedakan.
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka
tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan
benua Australia. Kedatangan ras Melanesoid diperkirakan pada saat zaman es
terakhir. Pada saat ituKepulauan Indonesia belum berpenghuni.Ras Melanesoid
melakukan perpindahan ke timur hinggake Papua, selanjutnya ke Benua Australia
yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan dengan Papua.Pada
perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara ras Melanesoid dan ras
Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid- Melayu, saat ini mereka
merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar