Sabtu, 02 Januari 2021

Penguatan Ekonomi Maritim dan Agrikultur di Indonesia

 

1.     Penguatan Ekonomi Maritim

Terkait dengan laut, terdapat istilah kelautan dan kemaritiman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia laut adalah kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Kelautan adalah perihal yang berhubungan dengan laut.

Maritim berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Kemaritiman adalah hal-hal yang menyangkut masalah maritim.

Bila berkaca pada definisi di atas maka persamaan kemaritiman dan kelautan adalah terletak dari aspek, posisi, bidang, dan sifat. Bahwa kemaritiman itu sendiri berkenaan dengan aspek posisi (laut), bidang dan sifat usaha di laut/aktivitasnya  (pelayaran dan perdagangan).

Kelautan menunjukan sebuah kewilayahan, berbentuk fisik atau kata benda. Indonesia adalah Negara Kelautan karena luas wilayahnya sebagian besar adalah laut. Hal ini menjelaskan bentuk fisik Negara Indonesia.

Kemaritiman menujukan sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan navigasi (pelayaran) dan berfokus pada perdagangan (ekonomi).

Ekonomi kelautan (marine economy) merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan serta di darat yang menggunakan sumber daya alam (SDA) dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Ekonomi maritim (maritime economy) merupakan kegiatan ekonomi yang mencakup transportasi laut, industri galangan kapal dan perawatannya, pembangunan dan pengoperasian pelabuhan beserta industri dan jasa terkait.

 

a.     Potensi Ekonomi Maritim Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki laut yang sangat luas. Luas wilayah laut Indonesia 3.302.498 km2 atau 2/3 dari luas Indonesia. Indonesia memiliki potensi maritim yang sangat besar untuk dijadikan pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

 

b.     Kondisi Ekonomi Maritim di Indonesia dan Negara-Negara ASEAN

Kondisi ekonomi maritim di Indonesia dapat dilihat dari sektor berikut.

1)    Sektor Pelayaran

 

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, industri pelayaran merupakan infrastruktur dan tulang punggung kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun dalam realita, industri pelayaran nasional saat ini dalam kondisi belum begitu baik. Ditinjau dari segi daya saing, pangsa muatan armada kapal nasional masih tergolong rendah. Industri galangan kapal, yang sebenarnya sangat strategis karena mempunyai rantai hulu-hilir yang panjang, hingga saat ini belum berkembang. Sistem pelabuhan saat ini hanya berperan sebagai cabang atau ranting dari Singapura atau pelabuhan luar negeri lainnya. Pelayanannya masih belum efisien dan belum produktif. Daya saing sumber daya manusia di sektor pelayaran masih relatif rendah.

 

2)    Sektor Perikanan

 

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki laut luas serta kekayaan ikannya. Dengan demikian, bangsa Indonesia sudah memiliki kedudukan di antara produsen terbesar akuakultur di seluruh dunia. Namun, seperti halnya di sektor ekonomi lainnya, Indonesia belum memanfaatkan seluruh potensi sektor perikanan dan mengoptimalkan keuntungan. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta orang, bukan saja ada potensi permintaan luar negeri yang besar tetapi juga permintaan domestik yang besar untuk produk perikanan. Peningkatan efisiensi sangatlah penting untuk mendorong kuantitas dan kualitas produk makanan laut Indonesia. Kebanyakan nelayan lokal masih menggunakan teknik serta peralatan tradisional yang tidak efisien. Terlepas dari meningkatkan kuantitas, produk-produk dengan kualitas yang lebih tinggi di sektor ini juga diharapkan akan meningkatkan permintaan dari luar negeri akan produk perikanan Indonesia (seperti ikan, udang dan kepiting).

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor perikanan di Indonesia berkembang 8.37% pada basis year-on-year (y/y) pada kuartal ketiga tahun 2015, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi negara ini secara keseluruhan (di 4,73% y/y) pada kuartal yang sama. Ekspor produk perikanan Indonesia tercatat sebesar 244,6 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada bulan Oktober 2015, sedangkan impor hanya mencapai 12,5 juta dollar AS (menyiratkan surplus perdagangan sebesar 232,04 juta dollar AS).

Pertumbuhan sektor perikanan di Indonesia terutama didukung oleh peningkatan produksi ikan hasil tangkapan dan hasil budidaya. Menurut data dari BPS, produksi ikan hasil tangkapan naik 5,03% (y/y) menjadi 4,72 juta ton (khususnya tuna), sedangkan produksi ikan hasil budidaya naik 3,98% (y/y) menjadi 10,07 juta ton hingga kuartal ketiga tahun 2015.

Importir terbesar produk perikanan Indonesia adalah AS. Negara ini menyumbang 41% dari total ekspor perikanan Indonesia tahun lalu, diikuti oleh Jepang (16%). Eropa (12%) dan negara-negara ASEAN (11%).

Udang tetap merupakan komoditas ekspor utama di antara produk perikanan Indonesia, diikuti oleh tuna dan biru perenang kepiting.

 

3)    Sektor Pariwisata Bahari

Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak potensi pariwisata bahari yang sangat indah. Laut Indonesia menyediakan keragaman hayati dan keindahan pantai yang dapat menjadi tujuan utama wisatawan. Sektor pariwisata bahari Indonesia yang belum dimanfaatkan dengan baik, harus terus didorong agar meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun luar negeri.

 

Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional dengan arah pengembangan yang terdiri dari: pengenalan tempat tujuan wisata, dukungan bagi kampanye pelestarian lingkungan, dan peningkatan wisata budaya bahari.

Pengembangan potensi wisata bahari memiliki arti strategis dalam pengembangan budaya bahari, usaha multisektor, ekonomi daerah, dan penguatan peran serta masyarakat.

 

c.     Strategi dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Maritim di Indonesia

Kebangkitan ekonomi kelautan Indonesia ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan nasional, dari pembangunan berbasis daratan (land-based development) menjadi pembangunan berbasis kelautan (ocean-based development). Hal ini akan memacu berbagai produk kebijakan publik, infrastruktur, dan sumber daya finansial yang terintegrasi menunjang pembangunan kelautan.

Melalui perubahan basis pembangunan dari basis daratan ke lautan, maka pelabuhan, armada pelayaran (transportasi laut) akan lebih maju dan efisien. Semua produk dari pertanian tanaman pangan, hortikultur, perkebunan, kehutanan, peternakan, bahan tambang dan mineral, dan manufaktur akan lebih berdaya saing karena biaya logistik akan lebih murah dan pergerakan barang lebih cepat.

Di samping itu, memacu percepatan pengembangan infrastruktur dan ketersambungan maritim, membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik, industri perkapalan, diyakini akan mengurangi inefisiensi ekonomi nasional dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Konektivitas maritim juga akan memberikan jaminan kesatuan ekonomi dan menekan perbedaan harga serta kesenjangan ekonomi antarwilayah.

 

1.     Penguatan Agrikultur di Indonesia

Ekonomi agrikultur merupakan upaya peningkatan perekonomian dengan memberdayakan sektor pertanian. Agrikultur merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber energi, atau untuk mengelola lingkungan hidupnya.

a.    Potensi Agrikultur di Indonesia

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang banyak untuk produk pertanian. Di sektor pertanian, Indonesia memiliki beragam jenis tanaman. Hal ini didukung kondisi iklim tropis. Di bidang tanaman pangan, Indonesia memiliki tanaman unggul, seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, dan berbagai varietas yang lain.

Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan merupakan salah satu negara yang berada di wilayah tropis, oleh sebab itulah Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik dengan didukung kelimpahan sumber daya alam dan kondisi lingkungan Indonesia yang mendukung pertanian tropika.

 

b.    Peran Agrikultur di Indonesia

Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian atau agrikultur merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini merupakan sektor penting untuk menyumbang hampir setengah dari perekonomian. Selain itu, agrikultur juga berperan sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor.

Pembangunan sektor agrikultur Indonesia sampai saat ini masih belum dapat memberikan sumbangan yang tinggi jika dilihat dari tingkat kesejahteraan pelaku sektor dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan agrikultur di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Pembangunan agrikultur atau pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain:

1)    potensi sumber daya alam yang besar dan beragam,

2)    pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,

3)    besarnya pangsa terhadap ekspor nasional,

4)    besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini,

5)    perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.

Potensi pertanian Indonesia besar, namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar petani kita masih banyak yang tergolong miskin.

 

c.     Hambatan Pengembangan Agrikultur di Indonesia

Pengembangan di bidang agrikultur di Indonesia mempunyai beberapa hambatan, antara lain sebagai berikut.

1)    Skala usaha pertanian pada umumnya relatif kecil;

2)    Modal terbatas;

3)    Penggunaan teknologi masih sederhana;

4)    Sangat dipengaruhi musim;

5)    Pada umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga;

6)    Akses terhadap kredit, teknologi, dan pasar rendah;

7)    Pasar hasil pertanian sebagian besar dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga akan merugikan petani;

8)    Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian;

9)    Kurangnya penyediaan benih yang bermutu bagi petani.

 

2.     Strategi Pengembangan Agrikultur di Indonesia

Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengembangkan agrikultur di Indonesia antara lain sebagai berikut.

a.    Ekofarming

Dewasa ini pertanian konvensional banyak memberikan masalah, baik kepada lingkungan luar maupun kepada sistem bertani itu sendiri. Pertama melihat semakin menyempitnya lahan untuk bertani maka banyak masyarakat tani membuka lahan di tempat yang seharusnya tidak untuk bertani, bahkan di lahan konservasi sekalipun, Seperti di badan pegunungan yang notabene merupakan daerah konservasi air. Konversi lahan ini banyak mengakibatkan dampak yang nyata. Hilangnya daerah konservasi air menyebabkan daerah perkotaan yang berada di bawah gunung sering mengalami kebanjiran, selain itu semakin sedikitnya ketersediannya air bersih dan air untuk daerah pesawahan di daerah yang lebih rendah.

Kemudian disadari bahwa sistem pertanian selama ini tidak melihat baik kepada unsur ekologis sehingga keberlanjutan pertanian terbatas hingga habisnya sumber daya ekologis itu sendiri. Pertanian konvensional juga telah meningkatkan penggunaan pestisida yang mengakibatkan rusaknya tanah serta pola ekosistem yang ada di dalamnya sebagai pendukung keberlanjutan “hidup” tanah. Melihat itu, sistem pertanian saat ini melihat ekologi sebagai salah satu elemen penting untuk keberlansungan pertanian itu sendiri. Dalam kata lain lahirlah suatu konsep ekologi pertanian yang disebut ekofarming atau pertanian berorientasi ekologi (ecology oriented farming).

Ekofarming juga disebut sebagai Organic farming atau metode pertanian yang meminimalisasi penggunaan kimia dalam proses produksinya. Hal ini bertujuan untuk memproduksi hasil tani dengan nilai nutrisi tinggi dan memperbaiki fertilitas jangka panjang serta tanah pertanian yang berkelanjutan.

Ekofarming memiliki keuntungan baik dari segi ekologis maupun ekonomi karena sistem ini memang mengintegrasikan keduanya. Keuntungan ekologis jelas didapat di antaranya konservasi air, siklus daur ulang hara pada tanah, biodiversitas yang tinggi, dan tentu saja fertilitas ekosistem sehingga didapat pertanian berkelanjutan. Keuntungan ekonomi didapat dari optimalisasi produksi pertanian melalui berbagai cara pertanian seperti diversifikasi komoditas dalam satu petak (multiple cropping), dapat juga dengan lahan kecil dan sumber daya pekerja minimum.

 

b.    Distribusi Pupuk Secara Merata

Langkah yang ditempuh dalam strategi ini adalah petani diminta menjumlahkan kebutuhan pupuk untuk kebutuhan tanamnya per hektar selama satu tahun. Dengan cara ini pemerintah akan dapat mengetahui kebutuhan pupuk selama satu tahun sehingga dapat menyediakan stok pupuk sesuai dengan kebutuhan petani.

 

c.     Perbaikan Irigasi

Pemerintah mengusahakan keterjaminan ketersediaan air untuk pertanian dengan perbaikan atau pengadaan irigasi yang baik.

Berbagai macam bangunan irigasi adalah sebagai berikut.

1)    Bangunan Utama

Dalam irigasi, ada istilah bangunan utama, artinya bangunan ini sangat penting dan sangat berpengaruh. Bangunan utama ini dibuat sebagai sarana pembagian air irigasi, terdiri atas:

a)    waduk

b)    bendung

c)     mesin pompa

d)    bangunan pengambilan bebas

2)    Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa ini sebagai penunjang dari bangunan utama. Fungsinya menyalurkan atau menyuplai air untuk lahan pesawahan yang ingin dialiri oleh air.

Bangunan pembawa terdiri atas:

a)    Saluran pembawa

(1)   Saluran pembawa primer: membawa air dari bangunan utama sampai bangunan terakhir.

(2)   Saluran pembawa sekunder: membawa air untuk saluran primer sampai ke sadap terakhir.

(3)   Saluran pembawa tersier: mengaliri petak tersier yang menyadap saluran sekunder.

(4)   Saluran kuarter : Saluran yang airnya langsung digunakan oleh tanah

b)    Saluran pengendap lumpur: kantong lumpur dan merupakan bangunan yang terdapat di daerah irigasi yang airnya banyak mengandung lumpur. Saluran ini biasanya terletak di daerah hilir bangunan pengambilan, untuk mengendapkan lumpur yang kasar. Biasanya terdapat di daerah gunungapi yang masih aktif.

c)     Gorong-gorong: bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air baik untuk saluran irigasi atau pembuang yang melewati bawah jalan.

d)    Talang: dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya.

3)    Bangunan Sadap

Bangunan yang terletak di antara saluran primer dan sekunder yang fungsinya mengalirkan air ke saluran tersier. Bangunan ini juga hampir sama fungsinya dengan bangunan sekunder, bedanya bangunan yang satu ini menyalurkan air langsung ke petak tersier.

4)    Bangunan Terjun

Berfungsi untuk menurunkan muka air yang cukup tinggi. Mungkin bangunan ini hanya digunakan ketika terjadi beda tinggi atau elevasi yang curam sehingga perlu untuk dikurangi agar tidak terjadi banyak pengendapan pada saluran.

5)    Alat Ukur Debit Air

Berfungsi mengukur besarnya debit yang mengalir pada saluran. Alat ini biasanya digunakan untuk mengecek agar air yang keluar masuk saluran sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak terbuang sia-sia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar