1. Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
Latar belakang munculnya nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Faktor dari dalam negeri (intern)
1) Perluasan Pendidikan
Salah satu kebijakan pemerintah
kolonial yang pernah dilakukan di negeri kita adalah pelaksanaan politik etis
atau politik balas budi yang dicetuskan oleh Conrad Theodore Van Deventer
dengan triloginya, yaitu: irigasi, migrasi, dan edukasi.
Dalam pelaksanaannya, banyak
penyelewengan dalam Politik Etis, seperti:
a. Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
b. Migrasi terutama transmigrasi hanya untuk mengirim
orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah
murah.
c. Pendidikan hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan
memenuhi pegawai rendahan. Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan
sebagian anak pejabat.
Walaupun politik etis tidak sepenuh hati dilaksanakan oleh
pemerintah kolonial untuk kepentingan bangsa Indonesia, karena disesuaikan
dengan kepentingan pemerintah penjajah namun pelaksanaan politik etis di
Indonesia membawa beberapa dampak penting, utamanya adalah bidang edukasi atau
pendidikan.
Dalam pelaksanaan politik
etis bidang pendidikan dilaksanakan bukan untuk kepentingan mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia, melainkan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga
tenaga terdidik untuk dipekerjakan di bidang administrasi murahan. Dengan
program edukasinya akhirnya pemerintah
Kolonial Belanda banyak, mendirikan sekolah, antara lain:
a) Volks School (SR 3 tahun)
b) Vervolg School (SR sambungan 3 + 2 tahun)
c) HIS (Hollands Inlandsche School, 0 – 6 tahun)
d) MULO (sekolah menengah)
e) AMS (sekolah menengah atas)
f) OSVIA (sekolah Pamong Praja)
g) STOVIA (sekolah kedokteran)
h) RHS (sekolah hukum)
i) THS (sekolah teknik)
Dengan banyak
berdirinya sekolah sekolah untuk golongan pribumi, maka secara perlahan tapi
pasti mulailah muncul bibit-bibit kaum terpelajar di Indonesia yang makin lama
makin banyak jumlahnya, hal ini merupakan salah satu dampak positif pelaksanaan
politik etis. Karena dengan munculnya golongan terpelajar inilah yang nanti
mejadi motor penggerak lahir dan tumbuhnya
kesadaran nasional di Indonesia.
Selain peran
pendidikan Barat, lahirnya kesadaran nasional juga tidak lepas dari peran
pendidikan Islam, sebagaimana kita tahu bahwa salah satu saluran Islamisasi
yang dilakukan di Indonesia adalah melalui kegiatan pendidikan di pondok pondok
pesantren. Pendidikan ini memiliki tradisi yang panjang dan lahir sebelum
keberadaan pemerintah kolonial Belanda menyelenggarakan pendidikan model Barat.
Santri-santri keluaran pondok pesantren banyak yang berhasil menjadi tokoh masyarakat
dan memiliki pemikiran yang maju akan pentingnya pendidikan bagi generasi
penerusnya. Apalagi di antara mereka banyak yang berhasil menunaikan ibadah
haji ke tanah suci Mekah yang menyebabkan mereka akhirnya bergaul dengan umat
Islam di seluruh dunia. Melalui pertemuan, pergaulan, dan pertukaran
pengetahuan akhirnya mereka menyadari keberadaan bangsanya yang masih
terbelenggu oleh penjajahan Belanda. Kesadaran inilah yang akhirnya mereka
dengung dengungkan setiba di tanah air.
2) Kegagalan Perjuangan di Berbagai Daerah
Ada berbagai faktor yang menjadi
penyebab gagalnya perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah Belanda,
terutama dalam upaya untuk mengusir mereka dari negeri ini, antara lain:
a) Perjuangan Bersifat Kedaerahan
Perjuangan rakyat Indonesia saat itu
masih memikirkan kepentingan daerahnya masing-masing. Hal tersebut terlihat
dari caranya yang berjuang secara terpisah-pisah, tidak secara bersamaan
(serentak) antardaerah di seluruh Nusantara. Sehingga tidak mengherankan kalau
perlawanannya mudah dipatahkan dan dipukul mundur oleh penjajah Belanda.
b) Politik Pecah Belah atau Adu Domba
Belanda memecah
belah antara penguasa dan rakyat sehingga perjungan tidak
berhasil dengan baik.
c) Kurangnya Rasa Nasionalisme
Belum punya satu
tujuan untuk membentuk satu negara persatuan, Nasionalisme baru muncul pada
tahun 1928.
d) Lemahnya persenjataan
Senjata pejuang
masih tradisional sedangkan penjajah sudah mempunyai senjata yang modern.
e) Perencanaan yang lemah
Ada beberapa
pejuang yang gagal karena tidak punya perencanaan yang baik, sehingga sering
kehabisan bekal dan persenjataan.
3) Rasa Senasib Sepenanggungan
Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada
bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai
bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan
dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.
4) Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan
Organisasi
pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri
di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan. Berbagai organisasi
tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan
diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Berbagai organisasi etnik,
kedaerahan, dan keagamaan antara lain sebagai berikut.
Organisasi etnis
banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk
perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya antara lain
Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni
Thamrin. Selain organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi kedaerahan,
seperti Trikoro Dharmo (1915), Jong Java (1915), dan Jong Sumatranen Bond
(1917).
Berbagai organisasi
bernapaskan keagamaan pada awal abad XX sangat memengaruhi perkembangan
kebangsaan Indonesia. Beberapa organisasi bernapas keagamaan yang muncul pada
masa awal abad XX antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen Jawi,
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan Al-Jamiatul
Washiyah.
b. Faktor dari Luar (Eksternal)
1) Berkembangnya Berbagai Paham Baru
Paham-paham baru seperti
pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi menjadi salah satu pendorong
pergerakan nasional Indonesia. Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana
langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham
tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.
2) Berbagai Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri
Berbagai peristiwa di luar negeri yang
turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905
Pada tahun 1904-1905 terjadi
peperangan Jepang melawan Rusia. Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan
menjadi inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia bisa mengalahkan bangsa
Barat. Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu melawan penjajah.
b) Berkembangnya nasionalisme di berbagai negara
Pada abad XX, negara-negara terjajah
di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan. Di India,
wilayah jajahan Inggris, muncul
pergerakan dengan tokoh-tokohnya
Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin
perlawanan terhadap penjajah Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen, yang
terkenal dengan gerakan pembaharuannya.
2. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Masa pergerakan kebangsaan Indonesia
ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan modern. Masa
pergerakan kebangsaan tersebut dibedakan menjadi tiga masa, yakni masa awal
(perkembangan) pergerakan nasional, masa radikal, dan masa moderat.
a. Masa Awal (Perkembangan) Pergerakan Nasional (Tahun 1900-an)
1) Budi Utomo
Organisasi ini berdiri pada tanggal 20
Mei 1908, didirikan oleh beberapa mahasiswa STOVIA di Jakarta, antara lain dr.
Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo.
Budi Utomo didirikan dengan tujuan:
mencapai kemajuan dan derajat bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan. Karena
merupakan organisasi modern yang pertama kali lahir, maka Budi Utomo dipandang sebagai pelopor pergerakan
nasional, oleh karena itu berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei oleh bangsa
Indonesia dipeeringati sebagai “Hari Kebangkitan Nasional”.
2) Sarekat Islam (SI)
Pergerakan ini pada mulanya bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada
tahun 1911. Tujuannya adalah memperkuat persatuan pedagang pribumi agar mampu
bersaing dengan pedagang asing terutama pedagang Cina. Namun pada tanggal 10
September 1912 SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Tujuan pergantian nama ini didasarkan
atas pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
a) Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas
dalam masalah perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan politik.
b) Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum
pedagang, tetapi kaum Islam pada umumnya.
c) Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah
sebagai berikut.
d) Memajukan perdagangan.
e) Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang
mengalami kesulitan.
f) Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk
asli.
g) Memajukan kehidupan agama Islam.
SI adalah organisasi yang bercorak
sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga
bergerak di bidang politik. SI tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama
kali di Indonesia.
Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat
Islam mengadakan kongres yang pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil
keputusan bahwa:
a) SI bukan partai politik dan tidak akan melawan
pemerintah Hindia Belanda.
b) Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.
c) HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
Kongres pertama ini dilanjutkan
kongres yang kedua di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi
rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota SI karena
dipandang tidak dapat menyalurkan aspirasi rakyat.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan
kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan
pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia
sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917 SI mengadakan kongres
yang keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh
pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah
agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S.
Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.
Antara tahun 1917–1920 perkembangan SI
sangat terasa pengaruhnya dalam dunia politik di Indonesia. Corak demokratis
dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan SI, ternyata dimanfaatkan oleh
tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan ajaran Marxis. Bahkan beberapa
pimpinan SI menjadi pelopor ajaran Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil
menghasut sebagian anggota SI. Pemimpin-pemimpin SI yang merupakan pelopor
ajaran Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono. Sebagai akibat
masuknya paham sosialis ke tubuh SI yang dibawa Sneevliet melalui Semaun CS, pada
tahun 1921 SI pecah menjadi dua:
a) SI sayap kanan atau SI Sayap putih
SI ini tetap berlandaskan nasionalisme
dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya Pranoto.
Pusatnya di Jogjakarta.
b) SI sayap kiri atau SI sayap merah
Sarekat Islam yang telah terpengaruh
oleh paham komunis. Tokohnya Semaun. Adapun pusatnya di Semarang.
Pada Kongres nasional SI ketujuh di
Madiun tahun 1923 SI diganti menjadi PSI atau Partai Sarekat Islam. Tujuannya
untuk menghapus kesan SI dari pengaruh sosialisme kiri. Tahun 1929 Partai
Sarekat Islam (PSI) diganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
3) Indische Partij (IP)
|
Indische
Partij berdiri pada tanggal 25 Desember 1912, oleh tokoh “Tiga Serangkai”,
yaitu:
a) Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara),
b) Douwes Dekker (dr.Danudirja Setiabudi),
c) dr.Tjipto Mangunkusumo.
Tujuan dari Indische Partij adalah:
a) menumbuhkan dan meningkatkan jiwa persatuan semua
golongan,
b) memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional,
c) mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Indische Partij dianggap sebagai “organisasipolitik”
yang pertama kali berdiri karena organisasi inilah yang pertama kali dengan
tegas menyatakan cita-citanya mencapai Indonesia merdeka.
Pada tanggal 11 Maret 1913 Indische
Partij dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Belanda, karena
dianggap membahayakan kepentingan penjajah dan juga karena Belanda merasa malu
dengan sindiran Suwardi Suryaningrat yang tertuang dalam tulisan “Als Ikeens Nederlander
Was” yang berarti “Andaikan Aku Seorang Belanda’. Ketiga tokoh tiga serangkai
dijatuhi hukuman dibuang ke negeri Belanda dan sejak itu Indische Partij
mundur.
b. Masa Radikal/Non-Cooperation (Tahun 1920 – 1927-an)
Perjuangan bangsa Indonesia dalam
melawan penjajah pada abad XX disebut masa radikal karena pergerakan-pergerakan
nasional pada masa ini bersifat radikal/keras terhadap pemerintah Hindia
Belanda. Mereka menggunakan asas nonkooperatif. Organisasi-organisasi yang
bersifat radikal adalah:
1) Perhimpunan Indonesia (PI)
Organisasi Perhimpunan Indonesia
didirikan oleh para pemuda Indonesia yang sedang belajar di negeri Belanda pada
tahun 1908, semula bernama Indische Vereniging, tujuannya semula adalah
“membantu kepentingan para pemuda dan pelajar Indonesia yang ada di negeri Belanda.” Pada tahun 1922 nama Indische
Vereniging diubah menjadi “Indonesische Vereniging”, yang diikuti pula dengan
perubahan tujuan organisasi menjadi bersifat politik yaitu “menuntut
kemerdekaan bagi Indonesia”.
Pada tahun 1924 nama Indonesische
Vereniging kembali mengalami perubahan menjadi Perhimpunan Indonesia dengan
tujuan berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan di Indonesia yang hanya
bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia.
Tokoh tokoh Perhimpunan Indonesia yang
terkenal antara lain adalah:
a) Drs. Moh Hatta
b) Nazir Datuk Pamuncak
c) Abdul Madjid Djoyoadiningrat
d) Ali Sastroamijoyo
e) Gunawan Mangunkusumo
f) Iwa Kusuma Sumantri
Para pemimpin Perhimpunan Indonesia
menyatakan bahwa organisasinya merupakan organisasi pergerakan nasional.
Merekalah yang akan memainkan peran penting sebagai agen pengubah masyarakat
dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat yang merdeka, bebas dan pintar. Hal
ini menunjukkan bahwa Perhimpunan Indonesia sebagai ”Manifesto Politik”.
Pada tahun 1925, PI secara tegas
mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:
a) Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat
mematahkan kekuasaan penjajah.
b) Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri
untuk mencapai Indonesia Merdeka.
c) Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan sarat
mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.
d) Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap
masalah politik.
e) Penjajahan telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik
bangsa, sehingga normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara
sungguh-sungguh.
Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam empat pokok ideologi dengan
memerhatikan masalah sosial, ekonomi, dan menempatkan kemerdekaan sebagai
tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925 dengan rumusan sebagai
berikut.
a) Kesatuan nasional
Mengesampingkan pembedaan-pembedaan sempit yang terkait dengan
kedaerahan, serta dibentuk suatu kesatuan aksi untuk melawan Belanda guna
menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
b) Solidaritas
Terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara
penjajah dengan yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh kerena itu, tanpa
membeda-bedakan antarorang Indonesia, maka harus menyatukan tekad untuk melawan
orang kulit putih.
c) Nonkooperasi
Harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah. Oleh
karena itu, hendaklah dilakukan perjuangan sendiri-sendiri tanpa mengindahkan
lembaga yang telah ada yang dibuat oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan
Kolonial (Volksraad).
d) Swadaya
Perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan
diri sendiri. Dengan demikian, perlu dikembangkan struktur alternatif dalam
kehidupan nasional. Politik, sosial, ekonomi hukum yang kuat berakar dalam
masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Dalam rangka
merealisasikan keempat pikiran pokok tersebut diwujudkan ideologi.
Manifesto politik di atas menggambarkan tujuan yang hendak
dicapai bangsa Indonesia dan cara-cara untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa
Indonesia sudah jelas, yaitu kemerdekaan bangsa dan tanah air.Kemerdekaan
bangsa Indonesia harus dicapai dengan persatuan dan melalui usaha sendiri serta
aksi massa yang sadar. Adanya perjuangan dan asas Perhimpunan Indonesia yang
jelas dan tegas tersebut sangat menggugah semangat perjuangan dan persatuan
bangsa Indonesia, khususnya di kalangan pemuda, sehingga mendorong lahirnya
Sumpah Pemuda.
2) Partai Nasional Indonesia (PNI)
Organisasi ini semula bernama
Perserikatan Nasional Indonesia. PNI berdiri di Bandung pada tangal 4 Juli
1927. Pendirinya adalah Ir. Soekarno, Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq
Cokroadisuryo, Mr. Sunaryo, M. Budiarto, dan dr. Samsi. Dalam kongres
Perserikatan Nasional yang pertama di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia
diubah namanya menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuannya adalah
mencapai Indonesia Merdeka atas usaha sendiri. Adapun ideologinya adalah
marhaenisme, bersifat mandiri, dan nonkooperatif.
Sebagai wadah persatuan politik yang
ada di Indonesia pada tanggal 17 Desember 1927 diselenggarakan kongres pertama
dengan tujuan agar langkah dan perjuangan partai-partai yang ada seragam.
Dalam kongresnya di Surabaya pada
tahun 1928 PNI berhasil menyusun program kegiatan dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial.
a) Dalam bidang politik
(1) Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan.
(2) Pan Asianisme (memperkuat hubungan dengan bangsa-bangsa
Asia yang masih terjajah).
(3) Menuntut kebebasan pers, berserikat, dan warga negara.
(4) Menyebarkan pengetahuan sejarah nasionalisme untuk
mengembangkan nasionalisme.
b) Dalam bidang ekonomi
(1) Mengajarkan prinsip perekonomian nasional berdikari,
membantu pengembangan perindustrian dan perdagangan nasional.
(2) Mendirikan bank nasional dan koperasi untuk mencegah
riba.
c) Dalam bidang sosial
(1) Memajukan pengajaran nasional.
(2) Memperbaiki kedudukan wanita dengan manganjurkan
monogami.
(3) Memajukan serikat buruh, serikat tani, dan pemuda.
Pesatnya perkembangan PNI menyebabkan
Belanda khawatir. Dengan alasan PNI akan mengadakan pemberontakan, maka
tokoh-tokoh PNI ditangkap Belanda dan diajukan ke pengadilan kolonial.
Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Ir. Soekarno, Markun Sumadiredja, Gatot
Mangkupraja, dan Supriadinata. Dalam pengadilan di Bandung, Ir. Soekarno
membacakan pembelaannya yang sangat terkenal dengan judul “Indonesia
Menggugat”. Bulan April 1930 Ir. Soekarno dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan
dipenjara di Sukamiskin Bandung, sedangkan tokoh lainnya dihukum antara satu
sampai dua tahun. Akhirnya pada tahun 1931 PNI bubar kemudian muncul Partindo
dan PNI Baru.
c. Masa Moderat (Tahun 1930-an)
Sejak tahun 1930 organisasi-organisasi
pergerakan Indonesia mengubah taktik perjuangannya, mereka menggunakan taktik
kooperatif (bersedia bekerja sama) dengan pemerintah Hindia Belanda.
Sebab-sebab perubahan taktik ini antara lain disebabkan:
1) Terjadinya krisis malaise yang melanda dunia.
2) Sikap pemerintah kolonial makin tegas dan keras terhadap
partai-partai yang ada sebagai dampak PKI yang gagal memberontak.
Organisasi-organisasi yang berhaluan
moderat antara lain:
1) Partindo 1931
Setelah Ir.Soekarno dan kawan-kawannya
ditangkap Belanda, Mr. Sartono dan tokoh PNI yang lepas dari incaran Belanda
segera mengadakan kongres luar biasa PNI. Dalam kongres luar biasa ini Mr.
Sartono menghendaki PNI dibubarkan dengan alasan agar pergerakan nasional tetap
dapat melanjutkan perjuangannya. Setelah PNI bubar Mr. Sartono mendirikan
Partai Indonesia (Partindo). Asas Partindo nonkooperatif, mandiri, dan
kerakyatan.
2) PNI Baru 1931
Dengan dibubarkannya PNI dan
berdirinya Partindo menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda di kalangan tokoh
PNI sendiri. Kelompok Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan partai baru
dengan Nama Partai Nasional Indonesia (PNI) Baru. PNI baru didirikan di
Jogjakarta tahun 1931. Asas PNI Baru nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan.
Tujuan PNI Baru lebih menekankan kepada pendidikan kader dan massa untuk
meningkatkan semangat kebangsaan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia.
3) Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo
tahun 1935. Parindra adalah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan
Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna, karena
bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan
Rakyat (Volksraad). Tokoh Parindra yang duduk di Volkstraad ialah Moh. Husni Tamrin,
R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.
Usaha-usaha yang dilakukan Parindra
antara lain:
a) Membentuk usaha rukun tani.
b) Mendirikan organisasi rukun tani.
c) Membentuk serikat pekerja.
d) Menganjurkan rakyat agar menggunakan barang-barang
produk sendiri dan lain-lain.
4) Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerindo berdiri di Jakarta pada
tanggal 24 Mei 1937 sebagai akibat bubarnya Partindo. Adapun yang menjabat
sebagai ketuanya adalah Adnan Kapau Ghani (A. K. Ghani). Adapun anggota Gerindo
di antaranya adalah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin, Mr. Amir
Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro, Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan
Gerindo adalah tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo yaitu kooperatif.
5) Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Berdirinya Gabungan Politik Indonesia
(Gapi) dilatarbelakangi adanya penolakan petisi Sutarjo dan gentingnya situasi
internasional menjelang pecahnya Perang Dunia II. Gapi bukanlah sebuah partai,
melainkan hanya sebuah wadah kerja sama partai-partai. Gapi berdiri tanggal 21
Mei 1939. Partai-partai yang tergabung dalam Gapi antara lain Gerindo,
Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, dan Persatuan Partai Katholik
(PPK).
Gapi menuntut hak untuk menentukan
nasib dan pemerintahan sendiri. Pada kongres yang pertama tanggal 4 Juli 1939
Gapi menuntut Indonesia berparlemen.
Selain organisasi-organisasi dalam
pergerakan nasional di atas, juga muncul organisasi-organisasi keagamaan,
gerakan pemuda, dan organisasi-organisasi kewanitaan yang ikut andil dalam
pergerakan nasional. Organisasi-organisasi tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Organisasi Keagamaan
1) Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18
November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama,
memajukan pengertian ilmu agama dan hidup menurut peraturan agama.
Muhammadiyah merupakan organisasi
Islam modern yang bergerak di berbagai bidang kehidupan. Cara-cara untuk
mencapai tujuan itu adalah mendirikan, memelihara, menyokong sekolah-sekolah
berdasarkan agama Islam, mendirikan dan memelihara masjid dan langgar, dan
sebagainya. Jadi Muhammadiyah merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang
sosial, pendidikan dan keagamaan. Pemerintah kolonial Belanda tidak melarang
perkumpulan ini karena tidak bersifat menentang.
2) Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama didirikan pada tanggal
31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya atas prakarsa K.H. Hasyim Asy’ari
dari Pesantren Tebu Ireng dan K.H.
Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan yang
ingin dicapai oleh NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang
berhaluan ahlusunah wal jamaah. Untuk mencapai tujuannya NU bergerak di
berbagai bidang kehidupan umat yakni bidang agama, pendidikan, sosial, dan
ekonomi.
b. Gerakan Pemuda
Setelah kepengurusan Budi Utomo banyak
dipegang oleh golongan tua maka para pemuda mempunyai gagasan untuk membentuk
suatu perkumpulan khusus bagi para pemuda.
Gerakan pemuda tersebut, antara lain
sebagai berikut.
1) Tri Koro Dharmo
Pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta
didirikan organisasi pemuda bernama Tri Koro Dharmo oleh Dr. R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan organisasi ini adalah mencapai
Jawa-Raya jalan memperkokoh rasa persatuan antar pemuda Jawa, Sunda, Madura,
Bali, dan Lombok. Yang menjadi anggota Tri Koro Dharmo ini adalah murid-murid
sekolah menengah yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur saja sehingga Tri
Koro Dharmo bersifat Jawa sentris. Oleh karena itu, pemuda-pemuda Sunda,
Madura, dan Bali enggan memasuki organisasi ini. Untuk menghindari perpecahan
maka Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java pada waktu Kongres di Solo
tanggal 12 Juni 1918.
2) Jong Java
Jong Java bertujuan mendidik para
anggotanya supaya ia kelak dapat menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan Jawa
Raya dengan jalan memperat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta
berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. Sebagai ketua terpilih
dalam organisasi ini adalah Sukiman Wiryosanjoyo.
Ketika Samsuridjal menjadi ketua,
organisasi Jong Java mengarah ke masalah politik dan tidak netral terhadap
agama. Pada kongres ke-7 di Solo (27-31 Desember 1926) di bawah pengaruh
ketuanya, Sunardi Djaksodipuro (Wongsonegoro) menekankan bahwa tujuan Jong Java
tidak hanya terbatas membangun Jawa Raya tetapi harus bercita-cita menggalang
persatuan dan membangun Indonesia Merdeka. Dengan demikian Jong Java mulai
memasuki gelanggang politik.
3) Jong Sumatranen Bond
Jong Sumatranen Bond didirikan pada
tanggal 9 Desember 1917 oleh 150 orang pemuda Sumatra yang sedang belajar di
Jakarta. Tujuan organisasi ini adalah:
a) Mempererat ikatan antarpemuda pelajar Sumatera.
b) Membangkitkan perhatian para anggota dan yang lain untuk
menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah
Sumatera.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam
organisasi ini adalah Mohammad Hatta dan Muhammad Yamin.
4) Jong Ambon
Sejak tahun 1908 orang-orang Ambon
mulai membentuk organisasi. Akan tetapi organisasi pemuda Jong Ambon baru
dibentuk tahun 1918. Di beberapa kota banyak berdiri organisasiorganisasi
orang-orang Ambon. Oleh karena itu pada tanggal 9 Mei 1920 seorang tokoh muda
dari Maluku A.J. Patty mendirikan Sarikat Ambon yang bergerak di bidang
politik. Ia ditangkap pemerintah kolonial dan diasingkan ke Flores. Tokoh lain
dari Ambon yang terkenal adalah Mr. Laturharhary.
Dengan berdirinya
organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan di atas maka di
daerah-daerah lain juga terpengaruh. Antara tahun 1918 – 1919 berdiri Jong
Minahasa dan Jong Celebes. Salah satu tokoh terkenal dari Minahasa adalah Ratu
Langie. Pada tahun 1920, para pemuda dari suku Sunda di Jakarta mendirikan
Sekar Rukun. Sedangkan M.H. Thamrin mendirikan organisasi Pemuda Betawi untuk
menghimpun asli Jakarta. Pada bulan September 1921 berdirilah organisasi Pemuda
Timorsch Verbound (Perhimpunan Timor) oleh J. W. Ammallo. Organisasi ini
bertujuan membantu anggotanya dan memajukan kebudayaan, ekonomi, dan sosial.
Pada tahun 1926 para pemuda Batak mendirikan Jong Bataks Bond.
Di samping berdirinya
organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan, juga berdiri
organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat keagamaan misalnya Jong
Islamieten Bond dan Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK).
Dengan munculnya
perkumpulan-perkumpulan ini ternyata terdapat benih-benih yang dapat disatukan
ke arah persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemuda-pemuda Indonesia
merasa perlu membentuk suatu wadah untuk menyamakan langkah dalam mencapai
tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal dengan Kongres Pemuda yang disebut
juga dengan nama Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda
yang kemudian dikenal sebagai sebuah tonggak dalam sejarah Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan Pelajar-pelajar
Indonesia (PPPI). Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia ini yang mendapat
dukungan dari organisasi kepemudaan yang lain seperti Jong Java, Jong Sumatera
dan sebagainya dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang didirikan pada Februari
1927 ini kemudian mengganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Para anggotanya
terdiri dari murid-murid yang berasal dari AMS, RHS dan STOVIA.
Dalam
perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakkan
dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa
penjajahan. Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925 dengan membentuk panitia
Kongres Pemuda Pertama yang bertugas menyusun tujuan kongres.
1) Kongres Pemuda I (30 April - 2 Mel 1926)
a) Tempat Kongres di Jakarta
b) Tujuan Kongres: menanamkan semangat kerja sama antara
perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia.
c) Susunan panitia kongres Pemuda I:
Ketua: M.
Tabrani
Wakil Ketua: Sumarto
Sekretaris:
Jamaludin
Bendahara:
Suwarso
Anggota:
1. Bander Johan
2. Yan Taole
Soelehui
3. Paul
Pinontuan
4. Hammami
5. Sarbini
6. Sanusi Pane
d) Hasil Kongres:
(1) Mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II
(2) Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar bersatu
dalam satu organisasi pemuda Indonesia
Seusai kongres,
para pemuda semakin menyadari bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia hanya akan
dicapai melalui persatuan. Pada tahun 1928 alam pikiran pemuda Indonesia sudah
mulai dipenuhi jiwa persatuan. Rasa bangga dan rasa memiliki cita-cita tinggi,
yaitu Indonesia merdeka telah mencengkeram jiwa rakyat Indonesia.
2) Kongres Pemuda II (27 - 28 Oktober 1928)
a) Kongres ini berlangsung di gedung Indonesische Club,
J1. Kramat Raya 106 Jakarta.
b) Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI dan
Pemuda Indonesia
c) Ketua Kongres adalah Sugondo Djojopuspito
d) Susunan panitia Kongres Pemuda II
Ketua: Soegondo
Djojopuspito (PPKI)
Wakil Ketua:
Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris: Mob.
Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara: Amir
Syarifuddin (Jong Batak Bond)
Pembantu:
1. Djohan Moh.
Tajai (Jong Islaminten Bond)
2. Kotjo
Sungkono (Pemuda Indonesia)
3. Senduk (Jong
Celebes)
4. Leimena (Jong
Ambon)
5. Rohjani
(Pemuda Kaum Betawi)
e) Keputusan-keputusan kongres:
(1) Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu
kebangsaan
(2) Sang "Merah Putih" ditetapkan sebagai
bendera Indonesia
(3) Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu wadah
pemuda yang berwatak nasionaI dalam arti luas
(4) Diikrarkannya "Sumpah Pemuda"
Kongres ini
dihadiri oleh utusan-utusan organisasi pemuda, dan menghasilkan suatu ikrar
yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, isinya:
Pertama : Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kedua: Kami
Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indoensia
Ketiga: Kami
Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Dalam penutupan
kongres, pertama kali dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman, yang kelak menjadi lagu Kebangsaan Indonesia. Bendera Merah Putih
juga dikibarkan untuk mengiringi lagu kebangsaan, sehingga tertanam kesan
mendalam pada para pemuda yang hadir dalam kongres itu. Persatuan di kalangan
pemuda makin banyak.
Sumpah Pemuda
amat berpengaruh bagi upaya mencapai Indonesia merdeka. Partai-partai yang ada
segera menyesuaikan diri dengan cita-cita pemuda. Semangat persatuan dan
kesatuan bangsa yang telah menjiawai partai-partai di Indonesia itu diwujudkan
dalam wadah baru bernama Gabungan Politik Indoensia (GAPI). Demikian pula
beberapa perkumpulan wanita yang kemudian bergabung dalam Perikatan Isteri
Indonesia, juga semua organisasi kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).
Ada beberapa
makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda yaitu:
a) Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan telah ada
perubahan pola pikir dari lingkup etnis kedaerahan ke cakrawala nasional.
b) Perubahan pola pikir itu melahirkan kesadaran
nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan nusantara menjadi satu
bangsa besar dengan nama Indonesia.
c) Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati
menggunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.
Dengan kongres
pemuda itu identitas kebangsaan Indonesia semakin terbentuk. Identitas itu kini
berwujud: tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama Indonesia.
c. Organisasi Kewanitaan
Perkembangan organisasi wanita di Indonesia
sebagai berikut.
1)
Pada tahun 1912
berdiri organisasi wanita yang pertama bernama Putri Mardika, yang merupakan
bagian dari Budi Utomo. Putri Mardika mendampingi para perempuan dalam
pendidikan, memberikan beasiswa, dan menerbitkan majalah sendiri.
2)
Pada tahun 1913
di Tasikmalaya berdiri organisasi Keutamaan Istri yang menaungi sekolah- sekolah
yang didirikan oleh Dewi Sartika.
3)
Atas inisiatif
Ny. Van Deventer berdirilah Kartini Fonds. Salah satu usaha Kartini Fonds
adalah mendirikan sekolah-sekolah yang disebut Sekolah Kartini di berbagai kota
seperti Batavia, Cirebon, Semarang, Madiun, dan Surabaya.
4)
Pada tahun 1914
di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat, Rohkna Kudus mendirikan Kerajinan
Amal Setia. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah untuk wanita.
5)
Pada tahun 1917,
Siti Wardiah, istri Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiah sebagai bagian dari
Muhammadiyah.
6)
Organisasi wanita
lainnya yang merupakan pengembangan dari organisasi pria (pemuda) antara lain:
a)
Sarekat Putri
Islam (dari Sarekat Islam).
b)
Ina Tuni (dari
Jong Ambon).
c)
Jong Java
Meisjekring (dari Jong Java).
d)
Jong Islami Bond Dames
Afeiding (dari Jong Islami).
Adapun tokoh-tokoh wanita Indonesia yang dengan
gigih berusaha memperjuangkan derajat dan emansipasi wanita antara lain:
1)
RA Kartini
(1879–1904).
2)
Raden Dewi
Sartika (1884–1947).
3)
Maria Walanda
Maramis (1872–1924).
1)
Kongres Perempuan
Indonesia I
Pada tanggal 22 Agustus 1928 di Jogjakarta
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I diikuti berbagai wakil organisasi
wanita di antaranya Ny. Sukamto, Ny. Ki Hajar Dewantara, dan Nona Suyatin.
Kongres berhasil membentuk Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) dan berhasil
merumuskan tujuan mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia
serta mengadakan gabungan atau perikatan di antara perkumpulan wanita. Pada
tangal 28–31 Desember 1929 PPI mengadakan kongres di Jakarta dan mengubah nama
PPI menjadi PPII (Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia).
2)
Kongres Perempuan
Indonesia II
Tanggal 20–24 Juli 1935 diadakan Kongres
Perempuan Indonesia II di Jakarta dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. Kongres
tersebut membahas masalah perburuhan perempuan, pemberantasan buta huruf, dan
perkawinan.
3)
Kongres Perempuan
Indonesia III
Kongres Perempuan III berlangsung di Bandung
tanggal 23–28 Juli 1938 dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja, membicarakan hak
pilih dan dipilih bagi wanita di badan perwakilan. Dalam kongres tersebut
disetujui RUU tentang perkawinan modern yang disusun oleh Ny. Maria Ulfah, dan
disepakati tanggal lahir Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) 22 Desember
sebagai Hari Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar