Sabtu, 02 Januari 2021

Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan

 

1.     Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia

Latar belakang munculnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.

a.     Faktor dari dalam negeri (intern)

1)    Perluasan Pendidikan

Salah satu kebijakan pemerintah kolonial yang pernah dilakukan di negeri kita adalah pelaksanaan politik etis atau politik balas budi yang dicetuskan oleh Conrad Theodore Van Deventer dengan triloginya, yaitu: irigasi, migrasi, dan edukasi.

Dalam pelaksanaannya, banyak penyelewengan dalam Politik Etis, seperti:

a.     Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.

b.     Migrasi terutama transmigrasi hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah murah.

c.     Pendidikan hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai rendahan. Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.

Walaupun politik etis tidak sepenuh hati dilaksanakan oleh pemerintah kolonial untuk kepentingan bangsa Indonesia, karena disesuaikan dengan kepentingan pemerintah penjajah namun pelaksanaan politik etis di Indonesia membawa beberapa dampak penting, utamanya adalah bidang edukasi atau pendidikan.

Dalam pelaksanaan politik  etis bidang pendidikan dilaksanakan bukan untuk kepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, melainkan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga tenaga terdidik untuk dipekerjakan di bidang administrasi murahan. Dengan program edukasinya akhirnya pemerintah  Kolonial Belanda banyak, mendirikan sekolah, antara lain:

a)    Volks School (SR 3 tahun)

b)    Vervolg School (SR sambungan 3 + 2 tahun)

c)     HIS (Hollands Inlandsche School, 0 – 6 tahun)

d)    MULO (sekolah menengah)

e)    AMS (sekolah  menengah  atas)

f)      OSVIA (sekolah Pamong Praja)

g)    STOVIA (sekolah kedokteran)

h)    RHS (sekolah hukum)

i)      THS (sekolah teknik)

Dengan  banyak berdirinya sekolah sekolah untuk golongan pribumi, maka secara perlahan tapi pasti mulailah muncul bibit-bibit kaum terpelajar di Indonesia yang makin lama makin banyak jumlahnya, hal ini merupakan salah satu dampak positif pelaksanaan politik etis. Karena dengan munculnya golongan terpelajar inilah yang nanti mejadi motor penggerak  lahir dan tumbuhnya kesadaran nasional di Indonesia.

Selain peran pendidikan Barat, lahirnya kesadaran nasional juga tidak lepas dari peran pendidikan Islam, sebagaimana kita tahu bahwa salah satu saluran Islamisasi yang dilakukan di Indonesia adalah melalui kegiatan pendidikan di pondok pondok pesantren. Pendidikan ini memiliki tradisi yang panjang dan lahir sebelum keberadaan pemerintah kolonial Belanda menyelenggarakan pendidikan model Barat. Santri-santri keluaran pondok pesantren banyak yang berhasil menjadi tokoh masyarakat dan memiliki pemikiran yang maju akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerusnya. Apalagi di antara mereka banyak yang berhasil menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah yang menyebabkan mereka akhirnya bergaul dengan umat Islam di seluruh dunia. Melalui pertemuan, pergaulan, dan pertukaran pengetahuan akhirnya mereka menyadari keberadaan bangsanya yang masih terbelenggu oleh penjajahan Belanda. Kesadaran inilah yang akhirnya mereka dengung dengungkan setiba di tanah air.

 

2)    Kegagalan Perjuangan di Berbagai Daerah

Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab gagalnya perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah Belanda, terutama dalam upaya untuk mengusir mereka dari negeri ini, antara lain:

a)    Perjuangan Bersifat Kedaerahan

Perjuangan rakyat Indonesia saat itu masih memikirkan kepentingan daerahnya masing-masing. Hal tersebut terlihat dari caranya yang berjuang secara terpisah-pisah, tidak secara bersamaan (serentak) antardaerah di seluruh Nusantara. Sehingga tidak mengherankan kalau perlawanannya mudah dipatahkan dan dipukul mundur oleh penjajah Belanda.

b)    Politik Pecah Belah atau Adu Domba

Belanda memecah belah antara penguasa dan rakyat sehingga perjungan tidak berhasil dengan baik.

c)     Kurangnya Rasa Nasionalisme

Belum punya satu tujuan untuk membentuk satu negara persatuan, Nasionalisme baru muncul pada tahun 1928.

d)    Lemahnya persenjataan

Senjata pejuang masih tradisional sedangkan penjajah sudah mempunyai senjata yang modern.

e)    Perencanaan yang lemah

Ada beberapa pejuang yang gagal karena tidak punya perencanaan yang baik, sehingga sering kehabisan bekal dan persenjataan.

 

3)    Rasa Senasib Sepenanggungan

Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

 

4)    Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan

Organisasi pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan. Berbagai organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Berbagai organisasi etnik, kedaerahan, dan keagamaan antara lain sebagai berikut.

Organisasi etnis banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya antara lain Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni Thamrin. Selain organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi kedaerahan, seperti Trikoro Dharmo (1915), Jong Java (1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917).

Berbagai organisasi bernapaskan keagamaan pada awal abad XX sangat memengaruhi perkembangan kebangsaan Indonesia. Beberapa organisasi bernapas keagamaan yang muncul pada masa awal abad XX antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen Jawi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan Al-Jamiatul Washiyah.

 

b.     Faktor dari Luar (Eksternal)

1)    Berkembangnya Berbagai Paham Baru

Paham-paham baru seperti pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme, sosialisme,  dan demokrasi menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.

2)    Berbagai Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri

Berbagai peristiwa di luar negeri yang turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan Indonesia adalah sebagai berikut.

a)    Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905

Pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan Jepang melawan Rusia. Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan menjadi inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia bisa mengalahkan bangsa Barat. Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu melawan penjajah.

b)    Berkembangnya nasionalisme di berbagai negara

Pada abad XX, negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan. Di India, wilayah jajahan Inggris, muncul

pergerakan dengan tokoh-tokohnya Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap penjajah Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen, yang terkenal dengan gerakan pembaharuannya.

 

2.     Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

Masa pergerakan kebangsaan Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan modern. Masa pergerakan kebangsaan tersebut dibedakan menjadi tiga masa, yakni masa awal (perkembangan) pergerakan nasional, masa radikal, dan masa moderat.

a.     Masa Awal (Perkembangan) Pergerakan Nasional (Tahun 1900-an)

1)    Budi Utomo

Organisasi ini berdiri pada tanggal 20 Mei 1908, didirikan oleh beberapa mahasiswa STOVIA di Jakarta, antara lain dr. Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo.

Budi Utomo didirikan dengan tujuan: mencapai kemajuan dan derajat bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan. Karena merupakan organisasi modern yang pertama kali lahir, maka  Budi Utomo dipandang sebagai pelopor pergerakan nasional, oleh karena itu berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia dipeeringati sebagai “Hari Kebangkitan Nasional”.

 

2)    Sarekat  Islam (SI)

Pergerakan ini pada mulanya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Tujuannya adalah memperkuat persatuan pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing terutama pedagang Cina. Namun pada tanggal 10 September 1912 SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI).

Tujuan pergantian nama ini didasarkan atas pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:

a)    Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas dalam masalah perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan politik.

b)    Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum pedagang, tetapi kaum Islam pada umumnya.

c)     Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah sebagai berikut.

d)    Memajukan perdagangan.

e)    Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesulitan.

f)      Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk asli.

g)    Memajukan kehidupan agama Islam.

SI adalah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga bergerak di bidang politik. SI tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama kali di Indonesia.

Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan kongres yang pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil keputusan bahwa:

a)    SI bukan partai politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda.

b)    Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.

c)     HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.

Kongres pertama ini dilanjutkan kongres yang kedua di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota SI karena dipandang tidak dapat menyalurkan aspirasi rakyat.

 

Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917 SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.

Antara tahun 1917–1920 perkembangan SI sangat terasa pengaruhnya dalam dunia politik di Indonesia. Corak demokratis dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan SI, ternyata dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan ajaran Marxis. Bahkan beberapa pimpinan SI menjadi pelopor ajaran Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil menghasut sebagian anggota SI. Pemimpin-pemimpin SI yang merupakan pelopor ajaran Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono. Sebagai akibat masuknya paham sosialis ke tubuh SI yang dibawa Sneevliet melalui Semaun CS, pada tahun 1921 SI pecah menjadi dua:

a)    SI sayap kanan atau SI Sayap putih

SI ini tetap berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta.

b)    SI sayap kiri atau SI sayap merah

Sarekat Islam yang telah terpengaruh oleh paham komunis. Tokohnya Semaun. Adapun pusatnya di Semarang.

Pada Kongres nasional SI ketujuh di Madiun tahun 1923 SI diganti menjadi PSI atau Partai Sarekat Islam. Tujuannya untuk menghapus kesan SI dari pengaruh sosialisme kiri. Tahun 1929 Partai Sarekat Islam (PSI) diganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

 

3)    Indische Partij (IP)

 

Indische Partij berdiri pada tanggal 25 Desember 1912, oleh tokoh “Tiga Serangkai”, yaitu:

a)    Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara),             

b)    Douwes Dekker (dr.Danudirja Setiabudi),

c)     dr.Tjipto Mangunkusumo.

Tujuan dari Indische Partij adalah:

a)    menumbuhkan dan meningkatkan jiwa persatuan semua golongan,

b)    memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional,

c)     mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

 

 

Indische Partij dianggap sebagai “organisasipolitik” yang pertama kali berdiri karena organisasi inilah yang pertama kali dengan tegas menyatakan cita-citanya mencapai Indonesia merdeka.

Pada tanggal 11 Maret 1913 Indische Partij dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Belanda, karena dianggap membahayakan kepentingan penjajah dan juga karena Belanda merasa malu dengan sindiran Suwardi Suryaningrat yang tertuang dalam tulisan “Als Ikeens Nederlander Was” yang berarti “Andaikan Aku Seorang Belanda’. Ketiga tokoh tiga serangkai dijatuhi hukuman dibuang ke negeri Belanda dan sejak itu Indische Partij mundur.

 

b.    Masa Radikal/Non-Cooperation (Tahun 1920 – 1927-an)

Perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah pada abad XX disebut masa radikal karena pergerakan-pergerakan nasional pada masa ini bersifat radikal/keras terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka menggunakan asas nonkooperatif. Organisasi-organisasi yang bersifat radikal adalah:

1)    Perhimpunan Indonesia (PI)

Organisasi Perhimpunan Indonesia didirikan oleh para pemuda Indonesia yang sedang belajar di negeri Belanda pada tahun 1908, semula bernama Indische Vereniging, tujuannya semula adalah “membantu kepentingan para pemuda dan pelajar Indonesia yang ada di negeri  Belanda.” Pada tahun 1922 nama Indische Vereniging diubah menjadi “Indonesische Vereniging”, yang diikuti pula dengan perubahan tujuan  organisasi  menjadi bersifat politik yaitu “menuntut kemerdekaan bagi Indonesia”.

Pada tahun 1924 nama Indonesische Vereniging kembali mengalami perubahan menjadi Perhimpunan Indonesia dengan tujuan berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan di Indonesia yang hanya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia.

Tokoh tokoh Perhimpunan Indonesia yang terkenal antara lain adalah:

a)    Drs. Moh Hatta                                                 

b)    Nazir Datuk Pamuncak

c)     Abdul Madjid Djoyoadiningrat

d)    Ali Sastroamijoyo

e)    Gunawan Mangunkusumo

f)      Iwa Kusuma Sumantri 

 

Para pemimpin Perhimpunan Indonesia menyatakan bahwa organisasinya merupakan organisasi pergerakan nasional. Merekalah yang akan memainkan peran penting sebagai agen pengubah masyarakat dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat yang merdeka, bebas dan pintar. Hal ini menunjukkan bahwa Perhimpunan Indonesia sebagai ”Manifesto Politik”.       

Pada tahun 1925, PI secara tegas mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:

a)    Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah.

b)    Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.

c)     Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan sarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.

d)    Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.

e)    Penjajahan telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa, sehingga normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.                                                                  

 

Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam empat pokok ideologi dengan memerhatikan masalah sosial, ekonomi, dan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925 dengan rumusan sebagai berikut.

a)    Kesatuan nasional

Mengesampingkan pembedaan-pembedaan sempit yang terkait dengan kedaerahan, serta dibentuk suatu kesatuan aksi untuk melawan Belanda guna menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.

b)    Solidaritas

Terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara penjajah dengan yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh kerena itu, tanpa membeda-bedakan antarorang Indonesia, maka harus menyatukan tekad untuk melawan orang kulit putih.

c)     Nonkooperasi

Harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah. Oleh karena itu, hendaklah dilakukan perjuangan sendiri-sendiri tanpa mengindahkan lembaga yang telah ada yang dibuat oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan Kolonial (Volksraad).

d)    Swadaya

Perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dengan demikian, perlu dikembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasional. Politik, sosial, ekonomi hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Dalam rangka merealisasikan keempat pikiran pokok tersebut diwujudkan ideologi.

 

Manifesto politik di atas menggambarkan tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia dan cara-cara untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia sudah jelas, yaitu kemerdekaan bangsa dan tanah air.Kemerdekaan bangsa Indonesia harus dicapai dengan persatuan dan melalui usaha sendiri serta aksi massa yang sadar. Adanya perjuangan dan asas Perhimpunan Indonesia yang jelas dan tegas tersebut sangat menggugah semangat perjuangan dan persatuan bangsa Indonesia, khususnya di kalangan pemuda, sehingga mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.

 

2)    Partai Nasional Indonesia (PNI)

Organisasi ini semula bernama Perserikatan Nasional Indonesia. PNI berdiri di Bandung pada tangal 4 Juli 1927. Pendirinya adalah Ir. Soekarno, Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, Mr. Sunaryo, M. Budiarto, dan dr. Samsi. Dalam kongres Perserikatan Nasional yang pertama di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia diubah namanya menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuannya adalah mencapai Indonesia Merdeka atas usaha sendiri. Adapun ideologinya adalah marhaenisme, bersifat mandiri, dan nonkooperatif.

 

Sebagai wadah persatuan politik yang ada di Indonesia pada tanggal 17 Desember 1927 diselenggarakan kongres pertama dengan tujuan agar langkah dan perjuangan partai-partai yang ada seragam.

Dalam kongresnya di Surabaya pada tahun 1928 PNI berhasil menyusun program kegiatan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.

a)    Dalam bidang politik

(1)   Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan.

(2)   Pan Asianisme (memperkuat hubungan dengan bangsa-bangsa Asia yang masih terjajah).

(3)   Menuntut kebebasan pers, berserikat, dan warga negara.

(4)   Menyebarkan pengetahuan sejarah nasionalisme untuk mengembangkan nasionalisme.

b)    Dalam bidang ekonomi

(1)   Mengajarkan prinsip perekonomian nasional berdikari, membantu pengembangan perindustrian dan perdagangan nasional.

(2)   Mendirikan bank nasional dan koperasi untuk mencegah riba.

c)     Dalam bidang sosial

(1)   Memajukan pengajaran nasional.

(2)   Memperbaiki kedudukan wanita dengan manganjurkan monogami.

(3)   Memajukan serikat buruh, serikat tani, dan pemuda.

Pesatnya perkembangan PNI menyebabkan Belanda khawatir. Dengan alasan PNI akan mengadakan pemberontakan, maka tokoh-tokoh PNI ditangkap Belanda dan diajukan ke pengadilan kolonial. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Ir. Soekarno, Markun Sumadiredja, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Dalam pengadilan di Bandung, Ir. Soekarno membacakan pembelaannya yang sangat terkenal dengan judul “Indonesia Menggugat”. Bulan April 1930 Ir. Soekarno dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan dipenjara di Sukamiskin Bandung, sedangkan tokoh lainnya dihukum antara satu sampai dua tahun. Akhirnya pada tahun 1931 PNI bubar kemudian muncul Partindo dan PNI Baru.

 

c.     Masa Moderat (Tahun 1930-an)

Sejak tahun 1930 organisasi-organisasi pergerakan Indonesia mengubah taktik perjuangannya, mereka menggunakan taktik kooperatif (bersedia bekerja sama) dengan pemerintah Hindia Belanda. Sebab-sebab perubahan taktik ini antara lain disebabkan:

1)    Terjadinya krisis malaise yang melanda dunia.

2)    Sikap pemerintah kolonial makin tegas dan keras terhadap partai-partai yang ada sebagai dampak PKI yang gagal memberontak.

Organisasi-organisasi yang berhaluan moderat antara lain:

1)    Partindo 1931

Setelah Ir.Soekarno dan kawan-kawannya ditangkap Belanda, Mr. Sartono dan tokoh PNI yang lepas dari incaran Belanda segera mengadakan kongres luar biasa PNI. Dalam kongres luar biasa ini Mr. Sartono menghendaki PNI dibubarkan dengan alasan agar pergerakan nasional tetap dapat melanjutkan perjuangannya. Setelah PNI bubar Mr. Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Asas Partindo nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan.

2)    PNI Baru 1931

Dengan dibubarkannya PNI dan berdirinya Partindo menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda di kalangan tokoh PNI sendiri. Kelompok Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan partai baru dengan Nama Partai Nasional Indonesia (PNI) Baru. PNI baru didirikan di Jogjakarta tahun 1931. Asas PNI Baru nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan. Tujuan PNI Baru lebih menekankan kepada pendidikan kader dan massa untuk meningkatkan semangat kebangsaan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia.

3)    Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo tahun 1935. Parindra adalah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna, karena bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). Tokoh Parindra yang duduk di Volkstraad ialah Moh. Husni Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.

Usaha-usaha yang dilakukan Parindra antara lain:

a)    Membentuk usaha rukun tani.

b)    Mendirikan organisasi rukun tani.

c)     Membentuk serikat pekerja.

d)    Menganjurkan rakyat agar menggunakan barang-barang produk sendiri dan lain-lain.

4)    Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerindo berdiri di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 sebagai akibat bubarnya Partindo. Adapun yang menjabat sebagai ketuanya adalah Adnan Kapau Ghani (A. K. Ghani). Adapun anggota Gerindo di antaranya adalah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin, Mr. Amir Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro, Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan Gerindo adalah tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo yaitu kooperatif.

5)    Gabungan Politik Indonesia (Gapi)

Berdirinya Gabungan Politik Indonesia (Gapi) dilatarbelakangi adanya penolakan petisi Sutarjo dan gentingnya situasi internasional menjelang pecahnya Perang Dunia II. Gapi bukanlah sebuah partai, melainkan hanya sebuah wadah kerja sama partai-partai. Gapi berdiri tanggal 21 Mei 1939. Partai-partai yang tergabung dalam Gapi antara lain Gerindo, Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, dan Persatuan Partai Katholik (PPK).

Gapi menuntut hak untuk menentukan nasib dan pemerintahan sendiri. Pada kongres yang pertama tanggal 4 Juli 1939 Gapi menuntut Indonesia berparlemen.

 

Selain organisasi-organisasi dalam pergerakan nasional di atas, juga muncul organisasi-organisasi keagamaan, gerakan pemuda, dan organisasi-organisasi kewanitaan yang ikut andil dalam pergerakan nasional. Organisasi-organisasi tersebut antara lain sebagai berikut.

a.     Organisasi Keagamaan

1)    Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan yang ingin dicapai adalah memajukan pengajaran berdasarkan agama, memajukan pengertian ilmu agama dan hidup menurut peraturan agama.

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang bergerak di berbagai bidang kehidupan. Cara-cara untuk mencapai tujuan itu adalah mendirikan, memelihara, menyokong sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam, mendirikan dan memelihara masjid dan langgar, dan sebagainya. Jadi Muhammadiyah merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. Pemerintah kolonial Belanda tidak melarang perkumpulan ini karena tidak bersifat menentang.

 

2)    Nahdatul Ulama (NU)

Nahdatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya atas prakarsa K.H. Hasyim Asy’ari dari Pesantren Tebu Ireng dan K.H.

Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan yang ingin dicapai oleh NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan ahlusunah wal jamaah. Untuk mencapai tujuannya NU bergerak di berbagai bidang kehidupan umat yakni bidang agama, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

 

b.    Gerakan Pemuda

Setelah kepengurusan Budi Utomo banyak dipegang oleh golongan tua maka para pemuda mempunyai gagasan untuk membentuk suatu perkumpulan khusus bagi para pemuda.

Gerakan pemuda tersebut, antara lain sebagai berikut.

1)    Tri Koro Dharmo

Pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta didirikan organisasi pemuda bernama Tri Koro Dharmo oleh Dr. R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan organisasi ini adalah mencapai Jawa-Raya jalan memperkokoh rasa persatuan antar pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Yang menjadi anggota Tri Koro Dharmo ini adalah murid-murid sekolah menengah yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur saja sehingga Tri Koro Dharmo bersifat Jawa sentris. Oleh karena itu, pemuda-pemuda Sunda, Madura, dan Bali enggan memasuki organisasi ini. Untuk menghindari perpecahan maka Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java pada waktu Kongres di Solo tanggal 12 Juni 1918.

2)    Jong Java

Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya ia kelak dapat menyumbangkan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan memperat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. Sebagai ketua terpilih dalam organisasi ini adalah Sukiman Wiryosanjoyo.

Ketika Samsuridjal menjadi ketua, organisasi Jong Java mengarah ke masalah politik dan tidak netral terhadap agama. Pada kongres ke-7 di Solo (27-31 Desember 1926) di bawah pengaruh ketuanya, Sunardi Djaksodipuro (Wongsonegoro) menekankan bahwa tujuan Jong Java tidak hanya terbatas membangun Jawa Raya tetapi harus bercita-cita menggalang persatuan dan membangun Indonesia Merdeka. Dengan demikian Jong Java mulai memasuki gelanggang politik.

3)    Jong Sumatranen Bond

Jong Sumatranen Bond didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 oleh 150 orang pemuda Sumatra yang sedang belajar di Jakarta. Tujuan organisasi ini adalah:

a)    Mempererat ikatan antarpemuda pelajar Sumatera.

b)    Membangkitkan perhatian para anggota dan yang lain untuk menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah Sumatera.

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam organisasi ini adalah Mohammad Hatta dan Muhammad Yamin.

4)    Jong Ambon

Sejak tahun 1908 orang-orang Ambon mulai membentuk organisasi. Akan tetapi organisasi pemuda Jong Ambon baru dibentuk tahun 1918. Di beberapa kota banyak berdiri organisasiorganisasi orang-orang Ambon. Oleh karena itu pada tanggal 9 Mei 1920 seorang tokoh muda dari Maluku A.J. Patty mendirikan Sarikat Ambon yang bergerak di bidang politik. Ia ditangkap pemerintah kolonial dan diasingkan ke Flores. Tokoh lain dari Ambon yang terkenal adalah Mr. Laturharhary.

Dengan berdirinya organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan di atas maka di daerah-daerah lain juga terpengaruh. Antara tahun 1918 – 1919 berdiri Jong Minahasa dan Jong Celebes. Salah satu tokoh terkenal dari Minahasa adalah Ratu Langie. Pada tahun 1920, para pemuda dari suku Sunda di Jakarta mendirikan Sekar Rukun. Sedangkan M.H. Thamrin mendirikan organisasi Pemuda Betawi untuk menghimpun asli Jakarta. Pada bulan September 1921 berdirilah organisasi Pemuda Timorsch Verbound (Perhimpunan Timor) oleh J. W. Ammallo. Organisasi ini bertujuan membantu anggotanya dan memajukan kebudayaan, ekonomi, dan sosial. Pada tahun 1926 para pemuda Batak mendirikan Jong Bataks Bond.

Di samping berdirinya organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan, juga berdiri organisasi-organisasi kepemudaan yang bersifat keagamaan misalnya Jong Islamieten Bond dan Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK).

 

Dengan munculnya perkumpulan-perkumpulan ini ternyata terdapat benih-benih yang dapat disatukan ke arah persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemuda-pemuda Indonesia merasa perlu membentuk suatu wadah untuk menyamakan langkah dalam mencapai tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal dengan Kongres Pemuda yang disebut juga dengan nama Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal sebagai sebuah tonggak dalam sejarah Indonesia tidak dapat dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia ini yang mendapat dukungan dari organisasi kepemudaan yang lain seperti Jong Java, Jong Sumatera dan sebagainya dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang didirikan pada Februari 1927 ini kemudian mengganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Para anggotanya terdiri dari murid-murid yang berasal dari AMS, RHS dan STOVIA.

Dalam perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakkan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda Pertama yang bertugas menyusun tujuan kongres.

 

1)    Kongres Pemuda I (30 April - 2 Mel 1926)

a)    Tempat Kongres di Jakarta

b)    Tujuan Kongres: menanamkan semangat kerja sama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia.

c)     Susunan panitia kongres Pemuda I:

Ketua: M. Tabrani

Wakil Ketua: Sumarto

Sekretaris: Jamaludin

Bendahara: Suwarso

Anggota:

1. Bander Johan

2. Yan Taole Soelehui

3. Paul Pinontuan

4. Hammami

5. Sarbini

6. Sanusi Pane

d)    Hasil Kongres:

(1)   Mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II

(2)   Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organisasi pemuda Indonesia

 

Seusai kongres, para pemuda semakin menyadari bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia hanya akan dicapai melalui persatuan. Pada tahun 1928 alam pikiran pemuda Indonesia sudah mulai dipenuhi jiwa persatuan. Rasa bangga dan rasa memiliki cita-cita tinggi, yaitu Indonesia merdeka telah mencengkeram jiwa rakyat Indonesia.

 

2)    Kongres Pemuda II (27 - 28 Oktober 1928)

a)    Kongres ini berlangsung di gedung Indonesische Club, J1. Kramat Raya 106 Jakarta.

b)    Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI dan Pemuda Indonesia

c)     Ketua Kongres adalah Sugondo Djojopuspito

d)    Susunan panitia Kongres Pemuda II

Ketua: Soegondo Djojopuspito (PPKI)

Wakil Ketua: Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris: Mob. Yamin (Jong Sumatranen Bond)

Bendahara: Amir Syarifuddin (Jong Batak Bond)

Pembantu:

1. Djohan Moh. Tajai (Jong Islaminten Bond)

2. Kotjo Sungkono (Pemuda Indonesia)

3. Senduk (Jong Celebes)

4. Leimena (Jong Ambon)

5. Rohjani (Pemuda Kaum Betawi)

e)    Keputusan-keputusan kongres:

(1)   Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan

(2)   Sang "Merah Putih" ditetapkan sebagai bendera Indonesia

(3)   Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu wadah pemuda yang berwatak nasionaI dalam arti luas

(4)   Diikrarkannya "Sumpah Pemuda"

Kongres ini dihadiri oleh utusan-utusan organisasi pemuda, dan menghasilkan suatu ikrar yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, isinya:

Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia

Kedua: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indoensia

Ketiga: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

 

Dalam penutupan kongres, pertama kali dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman, yang kelak menjadi lagu Kebangsaan Indonesia. Bendera Merah Putih juga dikibarkan untuk mengiringi lagu kebangsaan, sehingga tertanam kesan mendalam pada para pemuda yang hadir dalam kongres itu. Persatuan di kalangan pemuda makin banyak.

Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai Indonesia merdeka. Partai-partai yang ada segera menyesuaikan diri dengan cita-cita pemuda. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah menjiawai partai-partai di Indonesia itu diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Politik Indoensia (GAPI). Demikian pula beberapa perkumpulan wanita yang kemudian bergabung dalam Perikatan Isteri Indonesia, juga semua organisasi kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).

 

Ada beberapa makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda yaitu:

a)    Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan telah ada perubahan pola pikir dari lingkup etnis kedaerahan ke cakrawala nasional.

b)    Perubahan pola pikir itu melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan nusantara menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia.

c)     Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati menggunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.

 

Dengan kongres pemuda itu identitas kebangsaan Indonesia semakin terbentuk. Identitas itu kini berwujud: tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama Indonesia.

 

c.     Organisasi Kewanitaan

Perkembangan organisasi wanita di Indonesia sebagai berikut.

1)    Pada tahun 1912 berdiri organisasi wanita yang pertama bernama Putri Mardika, yang merupakan bagian dari Budi Utomo. Putri Mardika mendampingi para perempuan dalam pendidikan, memberikan beasiswa, dan menerbitkan majalah sendiri.

2)    Pada tahun 1913 di Tasikmalaya berdiri organisasi Keutamaan Istri yang menaungi sekolah- sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika.

3)    Atas inisiatif Ny. Van Deventer berdirilah Kartini Fonds. Salah satu usaha Kartini Fonds adalah mendirikan sekolah-sekolah yang disebut Sekolah Kartini di berbagai kota seperti Batavia, Cirebon, Semarang, Madiun, dan Surabaya.

4)    Pada tahun 1914 di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat, Rohkna Kudus mendirikan Kerajinan Amal Setia. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah untuk wanita.

5)    Pada tahun 1917, Siti Wardiah, istri Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiah sebagai bagian dari Muhammadiyah.

6)    Organisasi wanita lainnya yang merupakan pengembangan dari organisasi pria (pemuda) antara lain:

a)    Sarekat Putri Islam (dari Sarekat Islam).

b)    Ina Tuni (dari Jong Ambon).

c)     Jong Java Meisjekring (dari Jong Java).

d)    Jong Islami Bond Dames Afeiding (dari Jong Islami).

Adapun tokoh-tokoh wanita Indonesia yang dengan gigih berusaha memperjuangkan derajat dan emansipasi wanita antara lain:

1)    RA Kartini (1879–1904).

2)    Raden Dewi Sartika (1884–1947).

3)    Maria Walanda Maramis (1872–1924).

 

1)    Kongres Perempuan Indonesia I

Pada tanggal 22 Agustus 1928 di Jogjakarta diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I diikuti berbagai wakil organisasi wanita di antaranya Ny. Sukamto, Ny. Ki Hajar Dewantara, dan Nona Suyatin. Kongres berhasil membentuk Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) dan berhasil merumuskan tujuan mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia serta mengadakan gabungan atau perikatan di antara perkumpulan wanita. Pada tangal 28–31 Desember 1929 PPI mengadakan kongres di Jakarta dan mengubah nama PPI menjadi PPII (Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia).

 

2)    Kongres Perempuan Indonesia II

Tanggal 20–24 Juli 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. Kongres tersebut membahas masalah perburuhan perempuan, pemberantasan buta huruf, dan perkawinan.

3)    Kongres Perempuan Indonesia III

Kongres Perempuan III berlangsung di Bandung tanggal 23–28 Juli 1938 dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja, membicarakan hak pilih dan dipilih bagi wanita di badan perwakilan. Dalam kongres tersebut disetujui RUU tentang perkawinan modern yang disusun oleh Ny. Maria Ulfah, dan disepakati tanggal lahir Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) 22 Desember sebagai Hari Ibu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar